Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Buruk pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Buruk pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Buruk pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas.
Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Buruk pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Derajat kesehatan yang tinggi dalam pembangunan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Suwiji, 2006)
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007 ).
Kesepakatan global berupa Millenium Development Goals (MDGS) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Untuk Indonesia, indikator yang digunakan adalah peresentase anak berusia di bawah 5 tahun (balita) yang mengalami gizi buruk (severe underweight) dan persentase anak-anak berusia 5 tahun (balita) yang mengalami gizi kurang (moderate underweight) (Ariani, 2007).
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita (1-5 tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KEP) atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi. (Himawan, 2006).
Masalah gizi makin lama makin disadari sebagai salah satu faktor penghambat proses pembangunan nasional. Masalah gizi yang timbul dapat memberikan berbagai dampak diantaranya meningkatnya Angka Kematian Bayi dan Anak, terganggunya pertumbuhan dan menurunnya daya kerja, gangguan pada perkembangan mental dan kecerdasan anak serta terdapatnya berbagai penyakit tertentu yang diakibatkan kurangnya asupan gizi. Masalah kekurangan zat gizi ada 4 yang dianggap sangat penting yaitu; kurang energi-protein, kurang Vitamin A, kurang Yodium (Gondok Endemik) dan kurang zat besi (Anemia Gizi Besi), (Paramata, 2009).
Kurang gizi atau gizi buruk dinyatakan sebagai penyebab tewasnya 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia. Mayoritas kasus fatal gizi buruk berada di 20 negara, yang merupakan negara target bantuan untuk masalah pangan dan nutrisi. Negara tersebut meliputi wilayah Afrika, Asia Selatan, Myanmar, Korea Utara, dan Indonesia. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Inggris The Lanchet ini mengungkapkan, kebanyakan kasus fatal tersebut secara tidak langsung menimpa keluarga miskin yang tidak mampu atau lambat untuk berobat, kekurangan vitamin A dan zinc selama ibu mengandung balita, serta menimpa anak pada usia dua tahun pertama. Angka kematian balita karena gizi buruk ini terhitung lebih dari sepertiga kasus kematian anak di seluruh dunia (Malik, 2008).
Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek (Irwandy, 2007).
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Goals pada 2015 (18,5%) telah tercapai pada 2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008).
Tahun 2005 ditemukan 1,8 juta balita dengan status gizi buruk, dan dalam waktu yang sangat singkat menjadi 2,3 juta di tahun 2006. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan, separo dari total rumah tangga mengkonsumsi kurang dari kebutuhan sehari-hari, 5 juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi (Hadi, 2005).
Hasil pemantauan Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2007 dari 24.248 balita yang ditimbang se Kabupaten Gorontalo, 494 balita atau dua persen diantaranya mengalami gizi buruk. Selain dibeberapa daerah kabupaten juga banyak ditemukan kasus gizi buruk misalnya di kabupaten Bone Bolango.
Berdasarkan data yang diperoleh dari survey Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun bahwa jumlah balita di kabupaten yaitu 11.657 jiwa, dimana penderita gizi buruk sebanyak 628 (5,4 %) jiwa dan jumlah penderita gizi kurang sebanyak 2.493 (21,4 %) jiwa.
Data mengenai status gizi balita di Puskesmas Kecamatan tahun menunjukkan dari sejumlah 823 balita terdapat 426 balita gizi baik, 133 balita gizi kurang (16,16%) dan 56 balita gizi buruk (6,3%). Dari data di atas dapat dilihat bahwa masih tingginya jumlah kasus, baik kasus gizi kurang maupun kasus gizi buruk pada tahun di wilayah kerja Puskesmas Dari jumlah penderita gizi buruk diatas, dapat dikategorikan masih tinggi dibanding jumlah standar nasional yang ditetapkan yaitu <1% dan untuk kejadian gizi kurang <15% Dari latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko kejadian gizi buruk pada balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabupaten tahun di tinjau dari pola makan, tingkat pengetahuan gizi ibu, tingkat pendapatan, dan penyakit infeksi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapa besar faktor risiko pola makan terhadap kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun
2. Berapa besar faktor risiko tingkat pengetahuan gizi ibu dengan kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun
3. Berapa besar faktor risiko tingkat pendapatan terhadap pola asuh ibu dengan kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun
4. Berapa besar faktor risiko tingkat penyakit infeksi terhadap pola asuh ibu dengan kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas  Kecamatan Kabupaten Tahun ditinjau dari Pola Makan, Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Pendapatan, dan Penyakit Infeksi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor risiko pola makan terhadap kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun
b. Untuk mengetahui faktor risiko tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun
c. Untuk mengetahui faktor risiko tingkat pendapatan terhadap kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun
d. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit infeksi terhadap kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi salah satu sumber bacaan bagi para peneliti dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Dinas Kesehatan  khususnya bagi Puskesmas Paguyaman Pantai serta pihak lain dalam menentukan kebijakan untuk menekan dan menangani kasus gizi buruk dan gizi kurang pada bayi/anak balita.
3. Manfaat Praktis
Untuk mengetahui dan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian khususnya mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor Risiko pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor Risiko pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor Risiko pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit.
Faktor Risiko pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darah. Pada tubuh yang sehat, panktreas melepas insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot – otot dan jaringan lain untuk memasok energi. Penelitian ini bersifat dskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko pada Diabetes Mellitus. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari – Mei di Rumah Sakit Data yang dikumpulkan dari responden menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20 soal yang langsung dibagikan 30 responden yang terkena penyakit Diabetes Mellitus. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa faktor risiko yang berdasakan usia sebanyak 14 responden (46,7%) dengan rata – rata usia responden berkisar 40 tahun keatas, hal ini terjadi semakin bertambahnya usia akan membuat seseorang itu mengalami penurunan fungsi tubuh, berdasarkan pekerjaan sebanyak 5 responden (16,7%) yaitu didapatkan rata-rata dalam sehariannya bekerja terlalu santai yang akhirnya akan beresiko aliran darah ke organ – organ termasuk pankreas berkurang, sehingga sel – sel pankreas akan menjadi kerusakan, berdasarkan obesitas sebanyak 3 responden (9,9%), hal ini dapat terjadi karena responden mengawali hidupnya dengan pola hidup yang salah seperti kurangnya gerak badan, malas berolah raga, dan banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat, berdasarkan gaya hidup sebanyak 8 respoden (26,7%) yaitu didapatkan rata-rata responden menjalankan pola hidup yang salah, salah satu aspek yang paling menonjol yaitu : tingginya konsumsi makanan gaya barat yang serba instan dan cepat saji (Fast Food). Dan kebiasaan minim gerak atau gaya hidup santai. Dari hasil penelitian yang disimpulkan faktor risiko Diabetes Mellitus yang paling dominan yaitu berdasarkan usia, kemudian berdasarkan gaya hidup, dan paling minimum berdasarkan pekerjaan dan obesitas. Maka dari itu kepada penderita Diabetes Mellitus hendaknya mengatur pola diet yang seimbang, menghindari makanan yang serba instan yang tinggi akan lemak dan karbohidrat, jangan merokok, hindari minuman yang beralkohol, pengendalian makanan yang benar yaitu mengurangi lemak dan karbohidrat serta olahraga yang teratur minimal 3 – 5 kali (dalam seminggu). Dengan waktu 30 – 60 menit.
Kata Kunci : Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang masih menganggap penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Pada hal, orang dapat mengidap Diabetes Mellitus, baiuk tua maupun muda.
Laporan statistik dari Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan, bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita Diabetes Mellitus. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia terutama India, Cina, Pakistan dan Indonesia (Hans Tandra, 2008).
Menurut data badan kesehatan dunia (WHO) Indonesia menempati urutan ke empat dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap Diabetes Mellitus. (dr.Nabyl, 2009).
Pada tahun 2009 diperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat secara teratur.
Survei Dinas Kesehatan Kota sejak September sampai dengan Oktober penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit dengan penderita terbanyak dan menempati urutan pertama diatas Jantung Koroner. (www.Online, 2009)
Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit pada tanggal 29 Januari tercatat pada tahun 2008 terdapat 217 orang penderita Diabetes Mellitus, sedangkan di akhir 2009 yang lalu terdapat 30 orang penderita penyakit Diabetes Mellitus.
Berdasarkan hal tersebut dengan berbagai kejadian dari penyakit Diabetes Mellitus, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Tahun

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Tahun
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan usia
2. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan pekerjaan
3. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan tingkat obesitas
4. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan gaya hidup

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sebagai penyelesaian tugas akhir program D-III Keperawatan
1.4.2 Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai masukan penanganan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai upaya menambah kelengkapan kepustakaan
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Efektivitas dalam Penanganan Nyeri Dismenorea Non Farmakologis pada Remaja Putri Akper

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Efektivitas dalam Penanganan Nyeri Dismenorea Non Farmakologis pada Remaja Putri Akper, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Efektivitas dalam Penanganan Nyeri Dismenorea Non Farmakologis pada Remaja Putri Akper.
Efektivitas dalam Penanganan Nyeri Dismenorea Non Farmakologis pada Remaja Putri Akper
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Dismenorea (nyeri haid) adalah suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita – wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual sehingga menyebabkan mereka pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Tidak ada angka pasti sehingga mengenai jumlah penderita dismenorea di Indonesia namun di Surabaya didapatkan angka 1,07% hingga 1,31%. Dari jumlah penderita Dismenorea yang datang bagian kebidanan. Cara menghilangkan atau menurunkan nyeri yaitu secara farmakologis misalnya obat –obatan analgesik dan secara non farmakologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Cara Yang Efektivitas Dalam Penanganan nyeri Dismenorea Non Farmakologis berdasarkan pemberian teknik nafas dalam dan pemberian terapi musik, serta membandingkan intensitas nyeri haid Dismenorea dengan menggunakan kedua teknik tersebut. Disemenorea dibagi atas dua bagian yaitu : Dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung kelapangan dengan jumlah populasi dari sampel sebanyak 24 responden. Hasil penelitian ini ditemukan berdasarkan teknik nafas dalam baik sebanyak 8 responden (67%), cukup sebanyak 4 responden (33%), sedangkan yang kurang tidak ada, kemudian berdasarkan terapi musik baik sebanyak 7 responden (58%), cukup sebanyak 5 responden (42%) dan kurang tidak ada. berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi responden agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang teknik nafas dalam dan terapi musik dalam mengatasi nyeri haid.
Kata Kunci    : Keefektivitas Penanganan Nyeri Dismenorea Non Farmakologis

BAB  I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dismenorea atau nyeri haid mungkin suatu gejala yang sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan, karena gangguan ini sifatnya subjektif. Berat atau intensitasnya sukar dinilai, walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan.
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual, maka istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau ciri hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita dismenorea di Indonesia, namun di Surabaya didapatkan angka 1,07%hingga 1,31% dari jumlah penderita dismenorea yang dating bagian kebidanan (www.google.com).
Banyak cara untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri, baik secara farmakologis misalnya obat-obatan analgesik ataupun menghilangkan cara dengan intervensi keperawatan yang bersifat non farmakologis dan independen (www.google.com).
Manajemen nyeri non farmakologis lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping yang seperti obat-obatan, karena terapi non farmakologis menggunakan proses fisiologis. Oleh karena itu, untuk mengatasi nyeri tingkat ringan atau sedang lebih baik menggunakan manajemen nyeri non farmakologis (www.google.com)
Salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri adalah pengalihan perhatian, dimana teknik ini dengan memfokuskan diri kepada lingkungan. Lingkungan yang sangat tenang dan sedikit membangkitkan input sensori. Perhatian harus cukup kuat untuk melibatkan seluruh perhatian yang berarti yang digunakan yaitu teknik nafas dalam dan terapi musik. Musik dapat membuat menjadi rileks, sehingga hanya perlu menggunakan obat-obatan yang lebih sedikit mengingat pentingnya hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitasnya dalam penanganan nyeri (dismenorea) non farmakologis pada remaja putri.

1.2    Perumusan Masalah
Bagimana efektivitas dalam penanganan nyeri dismenorea non farmakologis pada remaja putri.

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara yang efektivitas dalam penanganan nyeri dismenorea non farmakologis pada remaja putri.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui efektivitas pemberian teknik nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri haid dismenorea pada remaja putri.
2.    Untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri hadi dismenorea pada remaja putri.
3.    Membandingkan intensitas nyeri haid dimenorea menggunakan kedua teknik tersebut.

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1    Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengaplikasikan teori teknik nafas dalam dan terapi musik pada klien yang menderita nyeri haid (dismenorea).
1.4.2    Bagi Instansi Pendidikan
-    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi baru khususnya mata kuliah maternitas.
-    Memberikan masukan kepada kelompok usia remaja tentang cara menurunkan intensitas nyeri haid dismenorea yaitu dengan menggunakan teknik nafas dalam dan terapi musik serta membandingkan kedua teknik tersebut mana yang lebih efektif.
1.4.3    Bagi Peneliti
-    Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai efektivitas dalam penanganan nyeri haid (dismenorea) non farmokolgis pada remaja putri.
-    Sebagai pengalaman mengenal cara dan proses berpikir ilmiah, khususnya mengenal masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
-    Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan saat kuliah.
-    Menimbulkan minat dan pengetahuan peneliti.
-    Merupakan salah satu syarat untuk lulus program D III .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Dampak Prilaku Remaja terhadap Penggunaan Minuman Keras

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Dampak Prilaku Remaja terhadap Penggunaan Minuman Keras, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Dampak Prilaku Remaja terhadap Penggunaan Minuman Keras.
Dampak Prilaku Remaja terhadap Penggunaan Minuman Keras
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Miras merupakan singkatan dari minuman keras, dimana minuman keras adalah jenis minuman yang mengandung alkohol, tidak peduli berapa kadar alkohol didalamnya, pemakaian miras dapat menimbulkan gangguan organik (GMO) yaitu gangguan fungsi berpikir, perasaan dan perilaku. Miras dikonsumsi dari berbagai umur dan yang mayoritas adalah kalangan remaja, dimana mereka tidak mengetahui dampak atau akibat yang akan terjadi dalam kehidupan mereka kemudian hari. Dan telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak prilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Akper Kabupaten pada hari Jumat 16 Juli penelitian ini bersifat deskriptif dengan populasi penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa Akper Kabupaten  dengan jumlah mahasiswa 150 orang, dengan sampel keseluruhan mahasiswa yang berjumlah 55 responden. Dengan memberikan kuesioner kepada 85 responden Akper Kabupaten untuk mengetahui dampak prilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa yang pernah meminum minuman yang keras sebanyak 55 responden (64,7%) dan berdasarkan kesehatan fisik yang tidak mengalami gangguan kesehatan fisik sebanyak 33 responden (60%) dari 55 responden, dan berdasarkan prestasi belajar yang tidak mengalami gangguan prestasi belajar sebanyak 31 responden (56,4%) dari 55 responden, dan berdasarkan keamanan dan ketertiban asrama sebanyak 39 responden (70,9%) dari 55 responden. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan kepada Direktris Dosen-Dosen beserta Staff dan ibu / bapak asrama Kabupaten  diharapkan untuk memberikan arahaan dan pengawasan terhadap mahasiwa Kabupaten.
Kata Kunci    : Dampak Prilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
    Modernisasi yang dikatakan sebagai tonggak awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa pada abad kedua puluh ini. Modernisasi yang membawa dampak perubahan yang fisik mental dalam berbagai bidang dan nilai kehidupan, yang tentunya akan memberi konsekuensi dan pengaruh bagi manusia sebagai komponen dalam kehidupan. Pada dasarnya modernisasi merupakan kemajuan teknologi yang mengakibatkan perubahan yang cukup kompleks, bahwasanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan moderisasi merupakan faktor sosial ekonomi baru yang juga akan memberikan dampak pengaruh dalam bidang kesehatan. (Hawari 2003)
    Bahwa faktor sosial ekonomi yang ada di dalam masyarakat merupakan pemicu bagi individu untuk memunculkan perilaku dan pengalaman yang tidak sehat diantaranya adalah angka kelahiran rendah, ketidak stabilan dalam rumah tangga, kekerasan anak, orang tua perokok, orang tua peminum, askes kesehatan yang sulit, polusi lingkungan . perokok berat, peminum berat, penyalahgunaan minuman keras dan narkoba oleh remaja. (Putra 2007)
    Salah satu dampak modernisasi dari faktor sosial ekonomi baru ini cukup nyata di tengah masyarakat kita adalah penyalahgunaan minuman keras pada kalangan remaja. Bila keadaan ini dibiasakan maka bencana yang akan terjadi, remaja yang telah keracunan  alkohol atau minuman keras adalah remaja yang tidak efektif bagi kehidupan sosialnya. Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan dengan masyarakat sekitarnya. (Wresniwiro 1996)
    Dan masalah-masalah yang saat ini berkembang dikalangan remaja diantaranya penyebaran narkoba, penyebaran penyakit kelamin, kelamin dini serta ancaman HIV/AIDS. Yang juga mencemaskan 90% remaja sudah begitu akrab dengan rokok yang merupakan pintu masuk bagi narkoba dan MIRAS “ Minuman Keras” berdasarkan dari dinas kesehatan kota bogor penggunaan narkoba suntikan diperkirakan sudah mencapai 1.460 orang. Pada tahun 2005 diketahui telah mengatasi dan menyelesaikan secara hukum 149 kasus penyalah gunaan narkoba, 97 kasus narkotika dan 52 kasus psikotropika. Dan tahun 2007 tercatat 911 orang penggunaan narkoba yang terkontaminasi HIV/AIDS dan korban yang meninggal mencapai 24 orang. (Apriansyah 2008)
    Yang mengemukakan bahwa sebagian besar korban penyalah gunaan narkotika dan minuman keras adalah remaja terbagi dalam golongan umur 14-16 tahun (47,7%), golongan umur 17-20 tahun (51,3) dan golongan umur 21-24 tahun (31%). Dan berdasarkan hasil survey dinas penelitian dan pengembangan (DISLITBANG) polri memperlihatkan bahwa pemakaian narkotika dan minuman keras di Indonesia terbanyak dari golongan pelajar baik SLTP,SLTA maupun mahasiswa yang jumlahnya mencapai 70% dan sedangkan yang lulusan SD hanya 30%. (Purno mowardani & Koentjoro,2000)
    Dan alasan untuk memakai minuman keras adalah kenikamatan, tekanan kelompok pergaulan, rasa ingin tahu, jenuh/bosan, untuk mengatasi masalah tertentu, paksaan, ikut mode, prestise/gensi dan kesenian/inspirasi. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui Dampak Prilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras Pada Mahasiswa Akper

      
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana Dampak Perilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras Pada Mahasiswa Akper Kabupaten tahun ”.


1.3    Tujuan penelitian
1.3.1.   Tujuan Umum
“Untuk mengetahui dampak perilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Akper Kabupaten Tahun”.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.    Ingin mengetahui dan mengkaji dampak perilaku remaja terhadap penggunan minuman keras pada mahasiswa Akper Kabupaten Tahun terhadap kesehatan fisik
2.    Ingin mengetahui dan mengkaji dampak perilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Akper Kabupaten Tahun terhadap prestasi belajar
3.    Ingin mengetahui dan mengkaji dampak perilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Akper Kabupaten Tahun terhadap ketertiban dan keamanan.

1.4    . Manfaat Penelitian
1.4.1.   Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang dampak perilaku penggunaan minuman keras.
1.4.2.   Bagi Institusi Pendidikan
Dapat melengkapi kepustakaan yang ada di Akademi Keperawatan Kabupaten dan bahan masukan bagi mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan kesehatan.
1.4.3.   Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan mengkaji hal lain yang sehubungan dengan penggunaan minuman keras di masa yang akan datang.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Analisa Senam Hamil pada Ibu Hamil di Kelas Ibu di Posyandu

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Analisa Senam Hamil pada Ibu Hamil di Kelas Ibu di Posyandu, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Analisa Senam Hamil pada Ibu Hamil di Kelas Ibu di Posyandu.
Analisa Senam Hamil pada Ibu Hamil di Kelas Ibu di Posyandu
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2002/2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, sementara itu di negara tetangga Malyasia sebesar 36 per 100.000 kelahiran hidup, di Singgapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan di Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI termasuk diantaranya program Safe Matherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan keterlibatan aktif dari berbagai sektor pemerintah, organisasi non-pemerintah dan masyarakat serta dengan dukungan dari berbagai badan internasional, walaupun menunjukkan penurunan yang bermakna, namun target nasional untuk menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 masih jauh untuk dicapai.
Tiga pesan-pesan kunci MPS “Making Pregnancy Safer” yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dari pelaksanaan MPS target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi lahir 15 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif,  misal pemeriksaan kehamilan pemberian gizi yang memadai dan lain-lain (www. Hanya wanita. Com/2006).
Mengajarkan senam membantu pemulihan fisik mendorong istirahat, dan relaksasi rutinitas fisik kemudian dibuat pada masa antenatal untuk meningkatkan kesehatan fisik dan membantu mencegah masalah. Dalam program penekanan diberikan pada wanita hamil yang belajar rileks dan nafas dalam selama kontraksi. Thomas dan Grantly Dick Read menawarkan program persalinan dan menjadi orang tua mencakup pendidikan relaksasi dan pernapasan, sama halnya dengan bentuk pendidikan lain, telah ada gerakan dari pengajar didaktik authoritarian menjadi pendekatan terpimpin nyeri punggung bawah lazim terjadi pada kehamilan dengan insiden yang dilaporkan bervariasi kira-kira 50% di Inggris (Mantk 1994) sampai mendekati 70%  di Australia (Bullock Sasyton 1988) Manhe melaporkan bahwa 16% wanita-wanita yang diteliti mengeluh nyeri punggung yang hebat dan 36%. Dalam kajian Ostgaard et al, tahun 1991 melaporkan nyeri punggung yang signifikan faktor predispasis meliputi penambahan berat badan. Nyeri punggung terdahulu pada kehamilan merupakan predikrar nyeri punggung pada kehamilan berikutnya (McEvoy et al 2001).
Materi persiapan senam untuk menjadi orang tua umumnya dibatasi hanya untuk senam abdanmen dan senam dasar panggul dan banyak ibu meminta bimbingan lanjutan dan senam dasar panggul dan banyak ibu meminta bimbingan lanjutan untuk mendapatkan senam yang bermanfaat, telah tercatat bahwa hampir 45% dari ibu –ibu usia subur mengikuti senam (Sady dan Carpter 1989), 42% dari 1.000 wanita yang melakukan senam yang di survai melanjutkan aktivitas selama mereka hamil. Ibu-ibu yang senam tidak teratur sering menjadi lebih sadar tentang kesehatan ketika hamil dan memutuskan untuk mengikuti program senam untuk memperbaiki kesehatan dan kebugaran (Hammer Etal, 2000)
Sesungguhnya senam bukanlah hal yang aneh dan luar biasa wanita-wanita di negara maju amat menyukai senam dan dalam latihan fisik baik selagi hamil maupun diluar kehamilan untuk menjaga fisik dan mentalnya. Di Indonesia hal ini baru disadari dari kelompok masyarakat kota-kota besar moderen dan maju, demikian pula halnya dengan latihan senam hamil. Latihan senam hamil yang diberikan di rumah sakit dan di rumah dengan waktu –waktu senggang secara teratur, bila tidak ada keadaan yang sangat patologis akan dapat menuntun wanita hamil ke arah persalinan yang fisiologis, perasaan takut, ketegangan jiwa dan fisik dapat menyebabkan otot dan persendian kaku sehingga berjalan tidak wajar, untuk mengatasi hal tersebut di atas agar memperoleh ketenangan dan relaksasi yang sempurna menghadapi peristiwa persalinan diperlukan 3 hal yaitu : kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan pada penolong dan latihan senam hamil (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1998)
Secara statistik telah tercatat bahwa ada tingkatan kesejahteraan psikologis yang telah tinggi yang lebih tinggi perbaikan citra tubuh dan penurunan ketidak nyamanan fisik pada ibu hamil yang menunjukkan tanda stres selama melahirkan lebih rendah dari ibu yang tidak senam. (Macphail et al 2000) menyimpulkan bahwa penurunan kemungkinan resiko melahirkan sesaria pada wanita senam yang nalipara Eileen Bryashow. 2007).
Dari dari kota pelaksanaan kelas ibu dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan pertemuan kelas ibu 3 kali, pertemuan pertama menjelaskan materi, setelah materi selesai dilakukan evaluasi dan tanya jawab, kemungkinan dilakukan senam hamil.
Sarana kelas itu di wilayah kerja Posyandu adalah lembar kelas ibu, kaset dan tipe, bantal dan tiker untuk senam hamil serta kursi dan meja untuk ibu hamil.
Pelaksanaan kelas ibu, bidan sebagai fasilitator, senam hamil (kelas ibu) merupakan program baru dari Dinas Kesehatan Propinsi maka penulis ingin menganalisis pelaksanaan senam hamil di Posyandu 

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu "Analisa Senam Hamil Pada Ibu Hamil di Kelas Ibu di Posyandu Tahun".

C.    Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1.    Sifat peneliti    :    Analitik
2.    Subyekt Peneliti     :    Ibu yang melaksanakan senam hamil
3.    Obyek Peneliti     :    Pelaksanaan senam hamil
4.    Tempat Penelitian    :    Posyandu 
5.    Waktu     :    April – Mei  
6.    Alasan Penelitian     :    Dalam Pelaksanaan Senam Hamil Ada Tingkat Kesejahteraan Psokologis, dan Penurunan Ketidaknyamanan Fisik Pada Ibu Hamil yang Menjalani Rutin Dibandingkan dengan yang Baik.

D.    Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan senam hamil di kelas ibu di Posyandu 
E.    Manfaat
Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat:
1.    Untuk Ibu
Untuk menambah pengetahuan bagi ibu tentang pentingnya manfaat senam hamil
2.    Bagi Petugas Kesehatan
Untuk dapat meningkatkan program yang sudah berjalan
3.    Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan penerapan hasil studi

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul