Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group.
Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BABI
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Periode terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Frankenbrurg dkk. (1981) melalui DDST (Denver Developmental Skreening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: personal sosial, gerakan motorik halus, bahasa, dan perkembangan motorik kasar(Soetjiningsih, 1995).
Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bab 1, pasal 1, butir 14, dinyatakan, “Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”
Kondisi SDM Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12, terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya kualtias hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias sumber daya manusia Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk negara industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 juta anak usia 0-6 tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24% (Dida, 2010).
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak (Dida, 2010).
Angka partisipasi pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia masih rendah yakni di bawah 20. Padahal, negara-negara dengan penghasilan rendah sekalipun telah memiliki angka partisipasi rata-rata 24. Dengan angka itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling rendah tingkat partisipasi PAUD di dunia.
Menurut Direktur PAUD Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (Dirjen PLS) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Gutawa, Indonesia masih di bawah 20, padahal di negara dengan penghasilan rendah lainnya telah mencapai 24. Di bandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, angka partisipasi PAUD di Indonesia juga masih di bawah.
Di Indonesia tahun 2005 tercatat ada 28 juta anak usia 0-6 tahun. Jumlah anak usia PAUD yakni 2-4 tahun mencapai 11,8 juta. Dari jumlah tersebut, yang ikut PAUD baru sekitar 10,10. Dari 28 juta anak usia 0-6 tahun, sebanyak 73 persen atau sekitar 20,4 juta anak belum mendapatkan pendidikan usia dini. Sedangkan sisanya, 27 persen atau sekitar 7,5 juta anak, sudah mengenyam pendidikan usia dini seperti membaca dan berhitung yang dilakukan oleh lembaga-lembaga nonformal seperti kelompok bermain dan tempat penitipan anak (TPA).
Masih banyak kendala yang dihadapi dalam meningkatkan paritipasi PAUD di Indonesia. Banyak orang tua yang belum memahami pentingnya PAUD. Meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini di Indonesia, PAUD masih menghadapi banyak problem yang kompleks dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Persoalan tersebut antara lain:ekonomi lemah,kualitas asuhan rendah,kualitas PAUD rendah, program intervensi orang tua rendah (Depdiknas, 2008).
Angka partisipasi kasar secara nasional  PAUD baru 50,03 % dari 29,8 juta anak di Indonesia. Rendahnya partisipasi ini lebih disebabkan oleh kesadaran orang tua terhadap keberadaan PAUD sebagai salah satu fase pendidikan sebelum masuk pada TK dan SD. Terlebih di pelosok, PAUD belum familiar (Partisipasi Terhadap PAUD Tendah, 2010).
Perilaku bermasalah anak pada aspek personal sosial menyangkut beberapa permasalahan, yaitu: pendiam, pemalu, minder, citra diri, yang negatif, egois, sulit berteman (bersosialisasi), menolak realitas (suka membuat kegaduhan), bersikap kaku (tidak obyektif), dan membenci guru tertentu. Dengan PAUD diharapkan dapat memberikan perubahan tumbuh kembang anak terutama pada aspek personal sosial sehingga anak lebih percaya diri, pandai bersosialisasi, dan memiliki kemandirian (Suyadi, 2010).
Perkembangan anak usia dini memang menarik untuk diikuti, terlebih pada usia tersebut merupakan “golden age” dimana peran lembaga PAUD sangat berperan didalamnya untuk membangun kecerdasan anak, hal ini dikemukakan Hj Wiwik Nurianti Suyanto, selaku ketua forum PAUD Kabupaten namun orang tua belum begitu tertarik untuk mendaftarkan anaknya untuk mengikuti PAUD.
 Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di PAUD Play Group  pada tanggal 2 Maretyang dilakukan wawancara secara langsung pada orang tua dan balita di PAUD Play Group  , penulis mendapatkan 27 populasi balita di PAUD Play Group  .Terdapat 24 balita yang aktif  secara kontinyu mengikuti program PAUD,  balita tersebut terlihat antusias mengikuti berbagai kegiatan, mereka terlihat lebih percaya diri dalam bergaul dengan temannya dibandingkan dengan 3 balita yang tidak aktif mengikuti PAUD yang terlihat takut bergaul dengan teman.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Gambaran Tumbuh Kembang Pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Play Group  ”.

1.2    Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tumbuh kembang pada balita yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di play group  ?

1.3    Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tumbuh kembang pada balita yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di play group  .

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1    Bagi Tempat Penelitian
Memberi masukan informasi tentang tumbuh kembang personal sosial terutama pada balita sehingga dapat memberikan pendidikan yang tepat bagi anak usia dini dengan penyusunan metode ataupun yang tepat untuk pembelajaran di PAUD.

1.4.2    Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, wacana dan pengetahuan tentang tumbuh kembang personal sosial balita yang mengikuti PAUD guna menambah kasanah pengetahuan, sehingga mahasiswa mempunyai wawasan yang lebih luas.

1.4.3    Bagi Peneliti
Sebagai bahan latihan berpikir ilmiah sehingga dapat memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi dengan pola pikir ilmiah dan sebagai bahan kajian tumbuh kembang personal sosial balita dengan menggunakan  DDST yang telah didapatkan diteori selama perkuliahan sehingga mampu menerapkan dalam kebidanan.

1.5    Sistematika Penulisan
Uraian dalam proposal Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi 3 bab. Adapun yang terkandung dalam masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I     :    Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II     :    Berisi tentang kajian teoritik atau landasan teori yang terdiri dari pembahasan tentang tumbuh kembang, pendidikan anak usia dini, kerangka konsep.
BAB III     :    Berisi tentang metodologi penelitian yang terdiri dari desain penelitian, populasi, sampel dan sampling, kriteria sampel, identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data dan analisa data, teknik pengolahan data, alat ukur yang digunakan, etika penelitian, keterbatasan peneliti, dan jadwal kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Afifah, 2007). Selain itu, pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi (Nurmiati, 2008).
Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social quotion (SQ) yang lebih baik (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). Berdasarkan laporan 500 penelitian, The Agency for Healthcare Research and Quality menyatakan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan pengurangan resiko terhadap otitis media, diare, infeksi saluran pernafasan bawah, dan enterokolitis nekrotikans (Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition, 2008).
Namun pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat kurang, misalnya ibu sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang. Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain.
Di negara berkembang, lebih dari sepuluh juta balita meninggal dunia pertahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003, hanya 3, 7 % bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode berikutnya umur 3 bulan 45,5 %, pada usia 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan 7,8 %. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi 32,4 % pada  tahun 2002, hali ini mungkin diakibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif (Tjipta, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ” Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan  Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP Tahun ”, sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penyuluhan kepada ibu – ibu hamil mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

1.2.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP tahun .

  
1.3.    Tujuan Penelitian
1.3.1.    Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP Tahun .

1.3.2.    Tujuan Khusus
Tujuan – tujuan penelitian ini antara lain:
1    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik umur ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP Tahun .
2    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jenjang pendidikan ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP Tahun 3    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jumlah anak ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP Tahun .

1.4.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:
1.    Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
2.    Manfaat penelitian ini bagi masyarakat, ibu – ibu pasca melahirkan sebagai responden, diharapkan dapat memperluas pengetahuan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi  dan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pentingya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
3.    Bahan masukan dan evaluasi pertimbangan bagi RSUP dalam menyusun kebijakan pada masa mendatang dalam upaya meningkatkan upaya pemberian ASI eksklusif.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran tentang Penderita TB Paru di Puskesmas

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran tentang Penderita TB Paru di Puskesmas, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran tentang Penderita TB Paru di Puskesmas.
Gambaran tentang Penderita TB Paru di Puskesmas
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang Masalah  
Hipertensi atau tekanan darah tinggi termasuk penyakit dengan prevalensi terbesar di seluruh dunia. Kondisi ini menjadi tantangan dalam kesehatan masyarakat, karena tingginya morbiditas dan mortalitas, serta biaya yang harus dikeluarkan pasien. Selama beberapa dekade, walaupun telah dilakukan berbagai penelitian, pelatihan serta edukasi pada masyarakat dan dokter, prevalensi penyakit ini tetap meningkat. Hal ini dikarenakan, belum ada perubahan yang berarti dari gaya hidup di masyarakat saat ini.14
Berdasarkan laporan WHO dan CDC (2002), diperkirakan penderita hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Di Amerika diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi, dan stroke merupakan masalah utama. Oleh sebab itu, Amerika telah mengharuskan penduduk yang berusia di atas 20 tahun untuk memeriksakan tekanan darahnya minimal 1 kali dalam 2 tahun. 13,15
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga RI tahun 2001, data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai pembunuh no 1 di Indonesia.  Hasil survey juga menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan pria. 3,9
Di Indonesia, menurut Prof. dr. Syakib Bakri, Sp. PD-KGH dari Universitas Hasanudin dari hasil wawancara tahun 2008, Makassar, secara umum pada orang dewasa di atas 20 tahun, prevalensinya adalah sekitar 15-20%. Tetapi berdasarkan  prevalensi perkelompok usia, semakin tua usia, semakin besar risiko hipertensi. Sehingga prevalensi di atas usia 70 tahun itu sekitar 70 %, di atas 60 tahun 50% dan di atas 40 tahun 30%.14
Faktor risiko hipertensi meliputi faktor genetik, karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin dan ras, serta faktor lain seperti asupan natrium, obesitas dan stress. Faktor lingkungan sosiodemografi seperti sosial ekonomi, dan penuaan populasi juga berperan penting terhadap kejadian hipertensi melalui mekanisme pola diet, aktifitas fisik, stress, dan akses pelayanan kesehatan. 15
Penelitian menunjukkan bahwa sampai saat ini hipertensi masih under diagnosis, under treatment, dan belum tercapai pengendalian tekanan darah yang optimal pada penderita yang diberi terapi. Hipertensi disebut juga sebagai silent disease karena tidak menunjukkan gejala; sekitar 32% penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi. Hipertensi memiliki potensi untuk menimbulkan masalah kesehatan yang lebih besar. Hipertensi dapat dicegah jika faktor-faktor resikonya lebih awal dikendalikan. Pendeteksian dini dan kepatuhan minum obat bagi penderita hipertensi adalah kunci untuk mengendalikan hipertensi.5,9
Untuk Puskesmas sendiri, menurut laporan tahun hipertensi masuk ke dalam kelompok sepuluh penyakit terbanyak. Hipertensi berada di urutan ke tujuh dengan presentasi sebesar 3,6% dari 7721 angka kesakitan yang ada di puskesmas ini.11
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas , Periode Januari – Desember .

1.2.    Rumusan Masalah
Pengendalian terhadap faktor resiko hipertensi dan kepatuhan pengobatan merupakan sentral dari pengendalian kasus hipertensi dan pencegahan terhadap komplikasi yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian yang dilakukan di Puskesmas , Kec. ini dilakukan untuk mengetahui :
1)    Bagaimanakah distribusi penyakit hipertensi menurut golongan umur di Puskesmas ?
2)    Bagaimanakah distribusi penyakit hipertensi menurut jenis kelamin di Puskesmas ?
3)    Bagaimanakah distribusi penyakit hipertensi menurut derajat hipertensi di Puskesmas ?
4)    Bagaimanakah distribusi derajat hipertensi berdasarkan golongan umur di Puskesmas ?
5)    Bagaimanakah distribusi derajat hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas ?

1.3.    Tujuan Penelitian
Tujuan Umum.
Untuk memperoleh informasi mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas , Periode Januari – Desember .

Tujuan Khusus.
1)    Untuk mengetahui jumlah penderita hipertensi di Puskesmas .
2)    Untuk mengetahui distribusi penyakit hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin.
3)    Untuk mengetahui distribusi penyakit hipertensi berdasarkan pembagian derajat hipertensinya.
4)    Untuk mengetahui distribusi derajat hipertensi berdasarkan golongan umur.
5)    Untuk mengetahui distribusi derajat hipertensi berdasarkan jenis kelamin.

1.4.     Manfaat Penelitian
1)    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas .
2)    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas dalam pengendalian terhadap faktor-faktor risiko serta pencegahan terhadap komplikasi.
3)    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti lain, mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas .
4)    Hasil penelitian ini bermanfaat dalam penyelesaian studi peneliti dan berguna untuk kemajuan dalam penelitian di bidang kedokteran.
5)    Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti sendiri dalam rangka memperluas wawasan mengenai kesehatan dan pengembangan kemampuan peneliti terutama di bidang penelitian.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan.
Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak. Menurut Centers for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik, malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk menilai status gizi anak Panti dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan anak panti asuhan. Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak di Panti pada tahun yang berjumlah 104 orang. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode total sampling. Data yang dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS untuk dianalisa secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.
Dari penelitian ini didapatkan sebagian besar anak memiliki status gizi baik dengan jumlah 80 orang (76,9%), kemudian anak dengan status gizi malnutrisi ringan sebanyak 15 orang (14,4%) dan sisanya adalah anak yang overweight sebanyak 9 orang (8,7%). Sedangkan malnutrisi sedang, malnutrisi berat, dan obesitas tidak ditemukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panti asuhan telah baik dalam menangani masalah gizi anak-anak panti asuhan.
Kata Kunci: Status Gizi, Anak, Panti Asuhan

Nutrition holds an important key in human's life cycle. In children, malnutrition will cause growing and development disorder and the consequences will continue until adulthood if this problem left untreated. In order to know the malnutrition status of a child, an assessment of nutrition status is done, which is one of child’s growth indicator. According to Centers for Disease Control (CDC), pediatric nutrition status consists of good nutrition status, mild malnutrition status, moderate malnutrition status, severe malnutrition status, overweight, and obesity.
This is a descriptive research with cross-sectional design. The purpose of this research is to assess the nutrition status of the children from Orphanage, using the standard provided by CDC-NCHS 2000 graphic based on weight-by-height eid-index through measuring body weight and height of the children in the orphanage. The research population is all of the children from Orphanage, with a total of 104 people by the year .The research sample is taken through using total sampling method. The data obtained were explored through the help of SPSS, to present a descriptive analysis in the form of distribution frequency tables and graphics.
The result shows that most of the children have a good nutrition status, which is a total of 80 chidren (76.9%), 15 children have mild malnutrition status (14.4%), and the rest of the 9 children are overweight (8.7%). While moderate malnutrition, severe malnutrition, and obesity were not found in the given result.
The result of the experiment proves that the orphanage have handled the children’s problem of nutrition well.
Key Words: Nutrition Status, Children, Orphanage

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak. Menurut Centers for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik, malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas.
Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi sering terluput dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya usia harapan hidup (Atmarita, 2004 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28% dari jumlah anak Indonesia. Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5% (1989) menjadi 24,6% (2000).
Demikian halnya dengan status gizi buruk pada anak-anak di .pada tahun 2003 yang tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 12,35% dan gizi kurang 18,59%. Gizi kurang pada anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya zat tenaga dan kurang protein (zat pembangun) sehingga perlu diperhatikan menu yang seimbang khususnya pada anak-anak untuk pencapaian Indonesia Sehat 2010 (Adisasmito W., 2007 yang dikutip oleh Habeahan, 2009)
Indonesia Sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah
mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal (Dinkes, 2006).
Data-data di atas terdapat pada populasi yang umum. Namun demikian, status gizi anak yang hidup di panti asuhan belum banyak diketahui. Panti asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim piatu. Di mana anak¬anak yatim piatu (ataupun anak yang dititipkan orang tuanya karena tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupannya nanti (Habeahan, 2009)
Daly, et al. (1979) mengutarakan bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu asupan makanan dan tingkat kesehatan. Asupan makanan dipengaruhi oleh pendapatan (dana yang tersedia), makanan, dan tersedianya bahan makanan. Sedangkan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat (sanitasi), termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Supariasa, 2002).
Di Indonesia sebagaimana halnya dengan negara-negara berkembang lainnya, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu keadaan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi (Moehji, 1992 yang dikutip oleh Nasution R.E.S., 2007).
Antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi terdapat hubungan sebab akibat yang timbal balik dan sangat erat. Gizi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Sebaliknya pula, penyakit infeksi yang sering diderita akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan zat gizi sedangkan nafsu makan menurun sehingga dapat mengakibatkan anak yang gizinya baik akan menderita gangguan gizi (Sajogyo, 1986 yang dikutip oleh Nasution R.E.S., 2007).
Dari penjelasan di atas, ada beberapa faktor yang mungkin muncul pada anak panti asuhan dibandingkan dengan populasi anak pada umumnya, mengingat panti asuhan dikelola sebagai tempat pengasuhan anak secara berkelompok, berbeda dengan anak-anak yang berada dalam tatanan rumah tangga yang diasuh secara langsung oleh ibu rumah tangga (anggota rumah tangga). Akibatnya pengasuhan dan perhatian terhadap nutrisi dan kesehatan mereka masing-masing secara langsung kurang, sehingga kemungkinan angka  malnutrisi tinggi. Demikian pula perbandingan jumlah anak yang lebih besar daripada jumlah pengasuh, sehingga perhatian terhadap status gizi pun akan lebih rendah. Kemungkinan lain berupa masalah dana yang rendah sehingga kebutuhan gizi tidak sebanding dengan asupan yang diterima anak-anak panti asuhan.
Terkait dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran status gizi anak panti asuhan.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran status gizi anak di Panti .

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Menilai status gizi anak Panti
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1.    Mengukur berat badan dan tinggi badan anak Panti
2.    Mengetahui ada tidaknya gizi kurang (malnutrisi) pada anak Panti
3.    Mengetahui distribusi status gizi anak Panti berdasarkan usia dan jenis kelamin

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Bagi peneliti:
1.    untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan,
2.    dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat,
3.    dapat meningkatkan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan statistik  ke dalam penelitian,
4.    dapat meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam meneliti berbagai macam bidang penelitian lainnya.
a.    Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi, masukan, dan perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis,
b.    Bagi pengasuh panti asuhan, sebagai bahan masukan yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka untuk menangani masalah status gizi anak-anak panti asuhan, menghindari faktor-faktor yang memperparah dan mengatasinya jika sudah timbul masalah, dapat juga melalui konsultasi pada ahli gizi,
c.    Bagi anak-anak panti asuhan, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka akan pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
d.    Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang cara menilai status gizi anak dan pentingnya memberikan perhatian yang cukup mengenai masalah status gizi pada anak-anak panti asuhan,
e.    Bagi pemerintah, terutama departemen sosial, dapat digunakan sebagai upaya peningkatan pelayanan sosial pada anak di panti asuhan.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Sikap Remaja terhadap Bahaya Seks Bebas di Sekolah

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Sikap Remaja terhadap Bahaya Seks Bebas di Sekolah, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Sikap Remaja terhadap Bahaya Seks Bebas di Sekolah.
Gambaran Sikap Remaja terhadap Bahaya Seks Bebas di Sekolah
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Masa remaja adalah periode yang paling rawan dalam kehidupan seorang manusia, di mana pada masa ini individu tengah berada dalam masa transisi antara masa anak-anak dengan masa orang dewasa. Tidak sedikit permasalahan permasalahan dalam kehidupan remaja, terutama dalam masa kesehatan reproduksi. Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja yang semakin meningkat setiap tahunnya yaitu mengenai seks bebas. Penelitian yang dilakuakan oleh Synovate Research (September, 2004) tentang prilaku seksual remaja dengan jumlah sampel 450 remaja di 4 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan mengemukakan 44% remaja telah melakukan hubungan seks pada usia   16 -18 tahun. Sementara 16 % lainnya melakukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun.Di Jawa Barat, Pekerja seks komersial (PSK) yang mencapai sekitar 250 orang dari sekitar 3899 orang yang mengidap HIV / AIDS. Secara umum pengidap HIV/AIDS didominasi oleh kalangan remaja yang berusia antara 15-29 tahun sebanyak 58%. Tertularnya HIV/AIDS terbanyak melalui jarum suntik atau pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza) yang mencapai 2747 orang dan seks bebas sebanyak 840 orang (Sumber Harian Seputar Indonesia, Jum’at 12 Desember 2008). Jumlah kasus HIV/AIDS di kota merupakan wilayah kedua terbanyak, dengan 187 kasus. Dalam kurun waktu 2004-2007, jumlah pengidap HIV di Kota mencapai 558 orang, sedangkan penderita AIDS 441 orang ungkap Direktur Program Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Sehati, Novan Andri Purwansjah di .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap remaja terhadap bahaya seks bebas di tahun .
Penelitian ini menggunakan data primer. Responden penelitian adalah siswa-siswi yang berjumlah 41 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden mempunyai sikap positif terhadap bahaya seks bebas.
Mengacu pada hasil penelitian ini, perlunya diadakan pembelajaran mengenai seks di sekolah untuk lebih memperkenalkan kepada murid. Dan diharapkan orang tua dan guru mampu menanamkan maral agama sedini mungkin kepada anak atau murid agar kelak dapat membentangi hidup mereka dari perubahan-perubahan yang buruk.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Konfrensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (Intrnational Conference on Population and Developmen) tahun 1994 di Kairo mengeluarkan program aksi mengenai kependudukan dan pembangunan. Salah satu program aksi itu adalah hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. Kelompok sasaran dalam program aksi tersebut tidak hanya kelompok pasangan usia subur, namun juga remaja (Hidayat, 1999)
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, pada masa ini terjadi berbagai perubahan dan perkembangan yang cepat, baik fisik mental maupun psikososial. World Health Organization (WHO) membedakan dua kelompok usia kaum muda yaitu 10 – 19 tahun sebagai (adolescence), dan 15 – 24 tahun sebagai (youth).
Perubahan alamiah dalam diri remaja sering berdampak pada permasalahan remaja yang serius. Pada hakekatnya permasalahan yang dihadapi remaja bersumber pada perubahan organo-biologik akibat pematangan         organ-organ reproduksi yang sering tidak diketahui oleh remaja itu sendiri. Perubahan ini akan memberikan dorongan psikologis dan emosional tertentu yang tidak jarang menimbulkan kebingungan dalam diri remaja serta orang disekitar remaja seperti orang tua, guru, atau teman sebayanya (Soejati, 2001). Oleh karena itu, remja perlu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan dialaminya sehingga tidak trejebak dalam konflik yang akhirnya akan mengganggu proses perkembangan remaja itu sendiri.
Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan misalnya tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidak setaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup yang populer.
Masalah kesehatan reproduksi remaja yang semakin meningkat setiap tahunnya yaitu hubungan seks bebas. Topik penelitian tentang masalah keshatan reproduksi remaja khususnya seks bebas mengalami perkembangan yang cukup berarti.
Penelitian yang dilakuakan oleh Synovate Research (September, 2004) tentang prilaku seksual remaja dengan jumlah sampel 450 remaja di 4 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan mengemukakan 44% remaja telah melakukan hubungan seks pada usia 16 -18 tahun. Sementara 16 % lainnya melakukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun.
Di Jawa Barat, Pekerja seks komersial (PSK) yang mencapai sekitar 250 orang dari sekitar 3.899 orang yang mengidap HIV / AIDS. Secara umum pengidap HIV/AIDS didominasi oleh kalangan remaja yang berusia antara 15-29 tahun sebanyak 58%. Tertularnya HIV/AIDS terbanyak melalui jarum suntik atau pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza) yang mencapai 2.747orang dan seks bebas sebanyak 840 orang (Sumber Harian Seputar Indonesia, Jum’at 12 Desember 2008)
Jumlah kasus HIV/AIDS di kota merupakan wilayah kedua terbanyak, dengan 187 kasus. Dalam kurun waktu 2004-2007, jumlah pengidap HIV di Kota mencapai 558 orang, sedangkan penderita AIDS 441 orang ungkap Direktur Program Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Sehati, Novan Andri Purwansjah di .
Dengan tingginya dampak dari pergaulan dan seks bebas khususnya di kota , maka penulis sangat tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap remaja terhadap bahaya seks bebas. Dan penulis mencoba mengambil sampel pada remaja di di kota .

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, mendorong penulis untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sikap remaja terhadap bahaya seks bebas.

1.3    Pertanyaan Penelitian
1.3.1    Bagaimanakah gambaran sikap remaja terhadap bahaya seks bebas di tahun ?
1.3.2    Bagaimana gambaran jenis kelamin remaja di tahun ?
1.3.3    Bagaiman gambaran umur remaja di tahun ?
1.3.4    Bagaimana gambaran pengetahuan remaja di tahun ?
1.3.5    Bagaimana gambaran keterpaparan media informasi yang diperoleh remaja di tahun ?

1.4    Tujuan Penelitian
1.4.1    Tujuan Umum
Mengetahui gambaran sikap remaja terhadap bahaya seks bebas                   di tahun
1.4.2    Tujuan Khusus
1.4.2.1    Diperoleh frekuensi sikap remaja terhadap bahaya seks bebas          di tahun .
1.4.2.2    Diperoleh distribusi frekuensi jenis kelamin remaja di tahun .
1.4.2.3    Diperoleh distribusi frekuensi umur remaja di tahun .
1.4.2.4    Diperoleh distribusi frekuensi pengetahuan remaja di tahun .
1.4.2.5    Diperoleh distribusi frekuensi keterpaparan media informasi remaja di tahun .

1.5    Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Sekolah
Meningkatkan pemahaman akan pentingnya pendidikan seks pada remaja dan sebagai bahan masukan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai bahaya seks bebas.
1.5.2    Bagi Institusi
        Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antara mahasiswa dan staf  pengajar, serta sbagai bahan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan sikap remaja terhadap bahaya seks bebas.
1.5.3    Bagi Peneliti
        Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian, meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyaraka, dan mengembangkan daya nalar, minat  dan kemampuan dalam bidang penelitian.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu.
Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian interaksi dari pembangunan nasional yang secara keseluruhanya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan SDM sebagai modal dasar pembangunan nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Dalam beberapa tahu terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan  sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan Estimasi Susenas tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup (Indikator Kesejahteraan Anak 2000 (Estimasi  SUPAS 1995) dan Estimasi Susenas 2002-2003).
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003), Angka Kematian Bayi dari 46 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (2002). Dan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup (2003), namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2005).
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Data Kabupaten pada tahun 2007 cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 97,56%. Kabupaten menargetkan cakupan penimbangan balita di posyandu mencapai 90% (Dinkes Kabupaten 2007).
Data Puskesmas Kecamatan pada tahun 2007, cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 76%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 86%. Puskesmas Kecamatan menargetkan penimbangan balita di posyandu mencapai 100% (Puskesmas Kec. , 2007).
Di Kecamatan Kabupaten ada 6 desa yaitu desa dan .Di desa cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 86% di desa mencapai 78%, di desa mencapai 83%, di desa .mencapai 40%, di desa mencapai 66%  dan di desa mencapai 79%. Dari keenam desa tersebut desa .yang cakupan penimbangan balita di posyandu yang paling rendah. Desa .Kecamatan menargetkan penimbangan di Posyandu mencapai 70%.
 Di desa .terdapat empat posyandu yang tersebar di empat lingkungan yaitu Posyandu Nusa Indah, Ngudi Bahagia, . dan Eko Purnomo. Jumlah bidan ada 1 orang dan jumlah kader 22 orang, di setiap posyandu terdapat 5 kader. Berdasarkan survey di lokasi diperoleh data dari tiga tahun terakhir (2005-2007) yaitu pada tahun 2005: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 57%, Posyandu mencapai 29%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 44%, pada tahun 2006: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 50%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 47%, Posyandu mencapai 32%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 42%, dan pada tahun 2007: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 51%, Posyandu mencapai 30%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 39%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari keempat posyandu tersebut cakupan penimbangan balita yang paling rendah terdapat pada Posyandu
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Posyandu Desa .Kecamatan untuk mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita.

B.    Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu di Desa .Kec. ?”.

C.    Ruang Lingkup
1.    Sifat Penelitian    :    Deskriptif
2.    Objek Penelitian    :     Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu  Desa .Kecamatan .
3.    Subjek Penelitian    :    Semua ibu yang mempunyai balita untuk ditimbang di wilayah kerja Posyandu Desa .Kecamatan
4.    Lokasi Penelitian    :    Di Posyandu Desa Kecamatan Kabupaten
5.    Waktu Penelitian     :    Bulan Mei .
6.    Alasan Penelitian    :     Rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu Desa .Kecamatan Kabupaten

D.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu Desa .Kecamatan Kabupaten
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui gambaran ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu berdasarkan karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi).
b.    Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu.

E.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
2.    Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan tentang cakupan kunjungan posyandu balita, partisipasi masyarakat terhadap kunjungan ke posyandu dan sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan dimasa mendatang.
3.    Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
4.    Bagi Ibu yang Mempunyai Balita
Menambah pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan sebagai masukan dan evaluasi peran serta ibu dalam kegiatan pelayanan posyandu.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Prilaku Ibu Mengenai Status Gizi Buruk pada Balita di Desa

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Prilaku Ibu Mengenai Status Gizi Buruk pada Balita di Desa, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Prilaku Ibu Mengenai Status Gizi Buruk pada Balita di Desa.
Gambaran Prilaku Ibu Mengenai Status Gizi Buruk pada Balita di Desa
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Masalah gizi erat kaitannya dengan kemiskinan,  masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index ( HDI ). (Suruni, 2006)
Sekitar 37,3 juta penduduk  di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, separuh dari total rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi pada setiap orang berbeda-beda berdasarkan unsur metabolik dan genetikanya masing-masing. Nutrisi yang baik akan ikut membantu pencegahan terjadinya penyakit yang akut dan kronik. Keseimbangan antara asupan dan kebuuhan zat gizi sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan hal-hal lainnya. (Supariasa, 2001).
Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs), menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara sudah harus bisa menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Salah satu dari tujuan MDGs adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita sebesar 20% tiap tahunnya. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2007)
Di Indonesia Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk pun telah disusun dan kemudian digulirkan sejak pertengahan tahun 2005 lalu. Salah satu sasarannya adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20 persen (termasuk penurunan prevalensi gizi buruk menjadi 5 persen) pada tahun 2009. (Martinah, 2008)
Prevalensi gizi buruk balita  cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Secara nasional, pada tahun 2008 sebanyak 110 kabupaten/kota di Indonesia mempunyai peningkatan prevalensi gizi buruk sebesar 30%, yang menurut World Health Organization (WHO) dikelompokkan sangat tinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena mengancam kualitas sumber daya manusia kita di masa mendatang dan mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk. (Martinah, 2008)
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Anwar (2006) di Lombok Timur. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antr pegetahuan ibu dengan status gizi balita. Ibu dengan pengetahuan gizi rendah beresiko lebih tinggi memiliki balita gizi buruk dibandingan ibu dengan pengetahuan gizi baik. (Anwar,2006)
Berdasarkan hasil penelitian Suwiji (2006) di Kabupaten Blora, terdapat hubungan yang bermakna pola asuh terhadap status gizi balita. Pola asuh pada balita meliputi praktek pemberian makanan atau minuman prelaktal, praktek pemberian kolostrum, praktek pemberian ASI, praktek penyapihan dan praktek pemberian makanan pendamping ASI (Suwiji,2006)
Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada 2004 jumlah balita gizi buruk 1.528.676 anak. Dan pada tahun 2005 jumlah itu turun berkurang 13,7 persen menjadi 1.319.247 balita yang menderita gizi buruk.
Penurunan prevalensi gizi buruk di provinsi Klaimantan Timur adalah 19,4%  pada tahun 2007, hampir mencapai standar nasional yaitu 20%. Tetapi di antar 13 kabupaten atau kota yang ada di Kalimantan Timur, terdapat 4 kabupaten atau kota yang belum mencapai target nasional yaitu Bulungan, Nunukan, Kutai Barat dan (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2007)
Salah satu kabupaten yang belum mencapai target nasional dalam hal penurunan status gizi buruk adalah Kabupaten .Pada tahun 2007, prevalensi status gizi buruk pada balita di wilayah adalah 5,7 persen balita mengalami gizi buruk. Angka ini belum mencapai standar nasional yaitu 20%. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2007)
Salah satu kecamatan di yang memiliki jumlah balita gizi buruk tertinggi adalah Kecamatan .Pada tahun , di wilayah terdapat 14 balita gizi buruk dari 182 balita atau sebesar 7,69%. (Profil Dinas Kesehatan , )
Terdapat 8 desa di Kecamatan yaitu Desa , Desa Kelinjau Ilir, Gemar Baru, Senyiur, Muara Dun, Long Nah, Long Tesaq dan Long Poq. Desa yang memiliki jumlah balita gizi buruk terbanyak adalah desa 13 balita gizi buruk dari 182 balita atau sebesar 7,14% pada tahun .(Buku Register Gizi Puskesmas , )
Tingkat pendidikan ibu yang rendah dan kurangnya informasi ibu mengenai pendidikan gizi, menyebabkan pengetahuan ibu rendah mengenai gizi.
Sikap ibu disini maksudnya persepsi masyarakat terhadap penanganan gizi buruk, pandangan masyarakat terhadap manfaat dan pelayanan yang diberikan puskesmas maupun posyandu. Sebagian besar masyarakat malas untuk datang walaupun hanya sekedar untuk menimbang balita mereka ke posyandu yang hanya satu bulan sekali.
Pola asuh balita di wilayah tersebut para ibu balita cenderung kurang memperhatikan para balita mereka seperti kurangnya para ibu merawat, menjaga, memberi makan, hygen balita,dan  memperhatikan balita nya agar senantiasa terjaga dan terawat.
Pengaruh budaya yang masih sangat kental diwilayah ini membuat para ibu yang memiliki balita cenderung terus-menerus mewarisi tradisi tersebut seperti halnya seorang ibu yang memberikan MP-ASI kepada bayi yang masih berusia 2 hari, selain itu juga terdapat kebiasaan makan yaitu setelah orang tua selesai makan baru balita diberi makan dengan menu yang sama dari orang tua untuk balita. Tidak ada perbedaan menu makan bagi orang tua dan balita.
Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran prilaku ibu mengenai status gizi buruk pada balita di Desa kecamatan Kabupaten .

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari latar belakang, maka dirumuskan masalah bagaimana prilaku ibu mengenai status gizi buruk pada balita di desa Kecamatan tahun .

C.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengeksplorasi prilaku ibu mengenai status gizi buruk pada balita di desa Kecamatan Kabupaten tahun .
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengidentifikasi sikap ibu yang memiliki balita gizi buruk di Desa Kecamatan Kabupaten tahun .
b.    Untuk mengidentifikasi pengetahuan gizi ibu yang memiliki balita gizi buruk di Desa Kecamatan Kabupaten tahun .
c.    Untuk mengidentifikasi pola asuh ibu terhadap status gizi balita di Desa Kecamatan Kabupaten tahun .
d.    Untuk mengidentifikasi budaya setempat terhadap status gizi balita di Desa Kecamatan Kabupaten tahun .

D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Ibu dan Balita
Untuk menambah pengetahuan ibu tentang status gizi buruk khususnya pada balita di wilayah desa Kecamatan .
2.    Bagi  jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Penelitian ini dapat di jadikan referensi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang penentuan status gizi.
3.    Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan gizi buruk pada balita khususnya di wilayah desa Kecamatan .
4.    Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya tentang status gizi buruk pada balita di wilayah desa Kecamatan .
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kecamatan

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kecamatan, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kecamatan.
Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kecamatan
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Dalam mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Baik tidaknya proses tumbuh kembang fisik, mental maupun sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor gizi, sosial budaya, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Impian setiap orang tua adalah mempunyai anak yang sehat, cerdas, dan berkepribadian baik.Langkah awal untuk dapat mewujudkan impian tersebut adalah melalui pemberian makanan pertama atau makanan awal yang benar, dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan makan makanan anak yang bergizi yang seimbang serta imunisasi yang dilakukan secara teratur.Gangguan gizi pada masa bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut dikemudian hari. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan diberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama empat-enam bulan pertama kehidupannya (Roesli, 2000).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 450 bulan April tahun 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak umur 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Roesli, 2002).
Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN(Association South East Asia Nation).Tingginya angka kematian bayi di Indonesia tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan pemberian ASI yang akhirnya akan berkorelasi dengan terjadinya gizi buruk (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-2003).
United Nations ChildrenFund (UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. The World Alliance for BreastfeedingAction (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Namun kesadaran para ibu untuk memberikan ASI eksklusif di Indonesia baru sekitar 14% (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-2003).
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Beberapa rumah sakit menganjurkan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya (Suradi, 2004).
Di dalam denyut kehidupan kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang baru berusiasatu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI (Roesli, 2000).
Berdasarkan hasil di atas, maka peneliti tertarik untuk menelitimengenai perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.

1.2.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah adalah gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di kecamatan tahun .

1.3.    Tujuan Penelitian
1.3.1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaranperilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Kecamatan Denai tahun .

1.3.2.    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif
2.    Untuk mengetahui sikap ibu terhadappemberian ASI eksklusif  pada bayi
3.    Untuk mengetahui tindakan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif  pada bayi

1.4.    Manfaat Penelitian
a.    Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dalam menyusun program kebijakan yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif
b.    Sebagai bahan masukan kepada petugas dan kader posyandu untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi terutama bayi baru lahir dan meningkatkan upaya pelaksanaan manajemen laktasi
c.    Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi tentang manfaatnya pemberian ASI eksklusif
d.    Menambah informasi dan wawasan peneliti tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun tentang Menopause di Desa

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun tentang Menopause di Desa, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun tentang Menopause di Desa.
Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun tentang Menopause di Desa
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitianyang bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Wanita umur 40-60 Tahun Tentang Menopause di Desa Kecamatan Kabupaten .Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan meneliti langsung menggunakan kuesioner terhadap 70 responden yaitu terhadap wanita menopause di Desa Kecamatan Kabupaten .Pengolahan data dilakukan sesuai dengan editing, koding, tabulating kemudian menganalisa data dengan melihat bentuk tabel frekuensi, kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori yang ada. Dari hasil penelitian terhadap 70 responden mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (44,5%) kurang sebanyak 22 responden ((31,4%) dan baik sebanyak 19 responden (27,1%). Mayoritas responden berumur 56 – 60 tahun berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden dan minorias berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (3,9%). Mayoritas responden dengan pekerjaan petani berpengetahuan kurang sebanyak 12 responden (17,1%) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 0 responden (0%). Mayoritas responden dengan tingkat pendidikan SD berpengetahuan kurang sebanyak 14 responden (20%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 0 responden (0%). Kesimpulan dari hasil penelitian, mayoritas responden berpengetahuan cukup dan kurang, oleh karena itu untuk meningkatkan Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 tahun tentang menopause perlu diadakan penyuluhan yang diberikan tim kesehatan mengenai menopause.
Kata Kunci    :    Pengetahuan Wanita, Menopause.

BAB  I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Menopause merupakan peristiwa yang sangat wajar dan ilmiah pada seorang wanita, tetapi banyak menimbulkan keluhan dan gangguan yang dirasakan. Keluhan dan gangguan yang dirasakan oleh para wanita yang mengalami menopause biasanya hanya ditanggapi sebagai proses “menua” atau justru disangka sebagai gejala dan penyakit lain, sehingga pengobatan yang diberikan tidak sesuai.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka rahasia fisiologis yang terjadi pada seorang wanita yang mengalami menopause berhasil di singkap, sehingga mampu menawarkan alternatif cara untuk menanggulanginya. Namun demikian belum banyak masyarakat awam dan para professional kesehatan mengetahui hal ini.
Pencapaian usia 40 tahun dan bahkan 80 tahun, pada tahun 2000-an bahkan sesuatu yang mustahil, kondisi kesehatan yang baik ditunjang dengan sistem keluarga berencana (KB) yang sempurna memungkinkan semua itu terjadi. Sebenarnya proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan proses ini terjadi terus menerus sepanjang kehidupannya sesuai dengan hukum alam. Secara khusus pada wanita proses penuaan ini mempunyai dampak tersendiri terhadap siklus haidnya. Siklus haid tersebut setiap bulannya akan mulai terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali. Terganggu sampai hilangnya proses haid ini merupakan hal wajar yang sadar atau tidak sadar akan dialami semua wanita normal.
Dua peristiwa penting terjadi dalam kehidupan seorang wanita yaitu hamil dan menopause. Dua peristiwa tersebut banyak persamaannya yaitu ketika terjadi interaksi perubahan hormonal yang mendasar. Dua peristiwa emosional yang mengikuti perubahan sosial yang penting dalam peranan dan struktur keluarganya. Semasa kehamilan dan menopause, beberapa masalah tertentu sangat berarti bagi kebanyakan wanita dan dapat membuat mereka merasa lebih cemas. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan masyarakat yang masih sangat terbatas berkaitan dengan dua hal tersebut di atas.
Gejala-gejala lain yang menandai datangnya masa menopause seperti hot flushes (samburan panas dari dada hingga wajah), night sweat (keringat dimalam hari), falique (mudah capek), kekeringan vagina, penurunan libio, disparaeuhia (rasa sakit ketika berhubungn seksual), perubahan pada kulit, kegemukan badan bahkan osteoporosis (keropos tulang pada jangka panjang). (Kuntjoro, 2002).
Menurut Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp, berdasarkan sensus penduduk tahun 2006 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk berdasarkan survey pusat berita dan informasi Kabupaten terhadap 745 wanita yang menopause dalam The Secret Guide to Womens Health juga diketahui bahwa 28% wanita diatas 35 tahun tidak pernah melakukan seks. Jumlah itupun semakin berkurang pada wanita yang memiliki anak satu atau dua, dan berdasarkan survey peneliti di Desa Kecamatan terdapat sekitar 70 orang yang sudah memasuki masa menopause.
Beberapa wanita yang mengalami menopause mengatakan bahwa mereka telah mendengar khotbah yang sama dari dokternya pada waktu yang berbeda seperti, jangan cemas, itu hanya disebabkan usia anda/karena anda sedang hamil. Hal itu akan segera berlalu jika anda sudah terbiasa dengannya “bersabarlah” banyak wanita yang mengalami menopause mereka sangat kesepian dan tidak mempunyai teman untuk diajak berbicara atau yang dimintai nasehat.
Rasa cemas mereka dapat dicampuri dengan adanya banyak mitos tentang menopause, yang ternyata tidak semuanya merupakan omong kosong belaka. Menopause merupakan masalah normal, sedangkan penerimaannya berbeda-beda diantara para wanita. Dengan demikian alangkah baiknya apabila masalah menopause ini diketahui secara jelas oleh setiap wanita di Indonesia.
Selain itu, mengingat ibu juga sebagai pemelihara ketenangan, kesehatan dan kerukunan keluarga, juga terkadang ikut mencari nafkah tambahan bagi keluarga, sedangkan ayah sebagai pencari nafkah pokok untuk menopang kehidupan keluarga serta anak-anak yang umumnya pada usia itu sudah mencapai akil baliq, maka perubahan-perubahan normal si ibu sebaiknya dikenal, diketahui dan dipahami dengan baik dan benar oleh semua anggota keluarga terutama suami.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun menjadi perumusan masalah peneliti adalah : Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun Tentang Menopause di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk memperoleh Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun Tentang Menopause di Desa Kecamatan Kabupaten
1.3.2    Tujuan Khusus
-    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun Tentang Menopause di Desa Kecamatan Kabupaten berdasarkan pendidikan.
-    Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun Tentang Menopause di Desa Kecamatan Kabupaten berdasarkan pekerjaan.
-    Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Umur 40-60 Tahun Tentang Menopause di Desa Kecamatan Kabupaten berdasarkan usia.

1.4    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
-    Bagi peneliti sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh di tempat kuliah.
-    Sebagai bahan masukan bagi para ibu-ibu di tentang menopause di Desa Kecamatan Kabupaten
-    Untuk melengkapi khasanah bacaan / perpustakaan Jurusan Keperawatan / Kebidanan dan juga untuk mengembangkan penelitian selanjutnya bagi yang berminat.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Pengetahuan tentang Seks Bebas pada Mahasiswa yang Tinggal di Kost

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Pengetahuan tentang Seks Bebas pada Mahasiswa yang Tinggal di Kost, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Pengetahuan tentang Seks Bebas pada Mahasiswa yang Tinggal di Kost.
Gambaran Pengetahuan tentang Seks Bebas pada Mahasiswa yang Tinggal di Kost
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Seks bebas merupakan maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja akhir-akhir ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pendidikan seks yang jelas dan benar. Dari itu perlu memberikan pengarahan yang jelas dan benar tentang seks bebas tersebut diharapkan dapat menurunkan prilaku seks tersebut, penelitian ini menggunakan ekstristip yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang seks bebas di kost Kompleks . Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei sampai dengan Juli 2010. Metode pengumulan data dengan cara membagikan Quisioner. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampel jenuh dengan mengambil sampel seluruh populasi yang berjumlah 20 orang (responden). Dari hasil penelitian didapatkan gambaran pengetahuan mahasiswa tentang seks bebas yang tinggal di kost berdasarkan pengetahuan mahasiswa tentang seks bebas mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 14 responden (70%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (30%), 20 orang (100%), berdasarkan gambaran mahasiswa tentang seks bebas agar tidak melakukan seks bebas dan berganti-ganti pasangan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang (95%) dan minoritas berpengetahuan baik 1 orang (5%). Dengan ini diharapkan bagi mahasiswa untuk mengetahui bahaya seks bebas serta berpikir akan penyakit yang mungkin akan ditimbulkan seks bebas dengan cara mendapatkan sumber-sumber tentang pengetahuan seks dari berbagai media, pergaulan, lingkungan, dan pengalaman orang lain.   
Kaca Kunci     :    Pengetahuan, Seks Bebas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja akhir – akhir ini, hal ini disebablan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pendidikan seks yang jelas dan benar. Pendidikan seks kebanyakan hanya diketahui penjelasn teman, emmbaca buku – buku porno, melihat gambar – gambar porno dari buku maupun dari internet. Semua pengetahuan yang serba tanggung ini justru membuat banyak remaja malah mencoba mencari tahu dengan cara melakukan sendiri. Pada umumnya mereka kurang menyadari akibat yang ditimbulkan dari kegiatan seksualitas, akibat pemahaman yang keliru. Banyak remaja yang mengalami frustasi kegagalan memperoleh kehidupan yang lebih baik bahkan ada yang bunuh diri. Ada banyak sekali cerita di masyarakat atau berita di majalah, surat kabar, radiom dan televise yang menceritakan segala akibat buruk yang dilakukan remaja karena kesalahan dalam melakukan aktivitas seksual. Pernikahan dini yang berujung pada perceraian sewaktu pernikahan belum seumur jagung banyak kita jumpai. Selain itu ada juga yang melakukan aborsi yang mereka ambil sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan masalah ini. Justru sering muncul masalah baru, infeksi pada alat reproduksi ketidakmampuan untuk hamil lagi, bahkan kematian adalah resiko – resiko yang dapat saja muncul karena dilakukannya tindakan aborsi, belum lagi penyakit menular seksual karena sering berganti – ganti pasangan.
Pendidikan seks sebenarnya sudah dikenal sejak masa seseorang dilahirkan baik laki – laki maupun perempuan akan terus mengalami perkembangan seksual secara fisik dan anak – anak sampai memasuki usia remaja, yang dipengaruhi oleh hormon seks laki – laki dan perempuan, sejalan dengan berlalunya waktu, perkembangan resiko seksual (termasuk biologis dan fisiologis). Kedua perkembangan itu harus berjalan seimbang karena dapat mempengaruhi kehidupan seksualnya ketika memasuki gerbang perkawinan. ((Ajen Dianawati, 2003).
Dengan melihat haset dari berbagai pendapat dan juga dari pendataan yang dilakukan tentang gambaran tentang bahayanya seks bebas satu cara yang efisien dan efektif adalah membekali anak kos dengan pengetahuan dan pemahaman prilaku yang sehat untuk mengetahui gambaran tentang seks bebas pada mahasiswa yang tinggal di kost Kompleks .
Saat ini prilaku seks bebas dikalangan remaja semakin menggejola  dan merajalela ini dapat ditangani antara lain dari kasus aborsi yang dilakukan para remaja. Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), perkiraan angka aborsi di Indonesia berkisar 2,3 juta – 3 juta pertahun di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung sekitar 0.4 – 5%, Surabaya 2,3%, serta Bali 4,4% hasil penelitian lain yang lebih fantastis lagi 21 – 30% remaja Indonesia di kota besar seperti Bandung, Jakarta dan Yogyakarta telah melakukan hubungan seks pranikah. Kondisi seperti ini masih diperparah lagi dengan merebaknya penyakit seks menular dikalangan remaja. Dari 14,628 kasus HIV / AIDS, 242 kasus  diantaranya adalah anak muda usia 15 – 19 tahun. (www.Google.com.BKKBN.2008).
Dari melihat hasil dari berbagai pendapat dan juga dari pendataan yang dilakukan terhadap pengetahuan remaja akan bahayanya seks bebas sungguh memperhatikan, salah satu cara yang efesien dan efektif adalah membekali remaja dengan pengetahuan dan penanaman prilaku yang sehat untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Tentang Seks Bebas Pada Mahasiwa Yang Tinggal di kost Kompleks .

1.2    Rumusan Masalah
Adapun pada rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang Seks Bebas Pada Mahasiswa Yang Tinggal di kost Kompleks .

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk memperoleh Gambaran Pengetahuan Tentang Seks Bebas Pada Remaja Yang Tinggal Pada Mahasiwa Yang Tinggal di kost Kompleks .
1.3.2    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tentang Seks Bebas
2.    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tentang Resiko bahayanya Seks Bebas
3.    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tentang Seks Bebas supaya tidak melakukan seks bebas/berganti – ganti pasangan

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1    Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan masukan kepada mahasiwa tentang bahayanya seks bebas
1.4.2    Bagi Orang Tua
Sebagai masukan / informasi bagi orang tua untuk menjelaskan masalah – masalah seks bebas kepada anak – anaknya
1.4.3    Bagi Anak Kost
Sebagai masukan pada mahasiswa yang tinggal di kost supaya dapat menghindarkan perbuatan – perbuatan seks bebas
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Pengetahuan tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Pengetahuan tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Pengetahuan tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU.
Gambaran Pengetahuan tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari dan sama dengan 37 minggu dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat, kelahiran bayi prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran bayi prematur justru diikuti kematian si bayi, kelahiran  bayi prematur tidak bisa diabaikan begitu saja.
Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan banyak mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo, 2004)
Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi kronik dan sekitar 80% ibu hamil menjalani anemia difisiensi gizi. Tingginya yang kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba, 2003).
Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah rentan mengalami berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, jika tidak langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak dikhawatirkan para ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak ada cara pasti untuk benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.
Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh karena derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang cepat dan dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang lahir prematur juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit menular mematikan. Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter, demikian juga dengan pemberian makan semi padat  (Muchtar, 2004).
Untuk bayi yang lahir secara prematur dengan berat badan diatas 2000 gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada bayi yang belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga akan menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan dibuat di inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam kandungan dengan segala kenyamanannya berjuang beradaptasi dengan dunia luar. Inkubator untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka seharusnya bisa naik dan turun secara drastis. Ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu otot-ototnya pun relatif lebih lemah, sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar, 2004).
Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang cukup umur, karena  pusat pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian makanan yang khusus dengan alat penetes obat atau pipa karena refleks menelan dan menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus diperhatikan diperlukan peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang hampir sama dengan suhu dalam rahim (Hurlock, 2002).
Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter, Bidan dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak berdayaannya, akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua bertanggung jawab atas perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi bahaya psikologi yang hebat.
Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan peneliti di RSU. Tahun jumlah bayi prematur 55 orang dan bayi prematur yang tinggal bersama keluarga sebannyak 48 orang di RSU. Tahun .
Dari survey awal di dapat dari rekam medik RSU. Tahun terdapat 36 kasus bayi prematur dan sudah 10 orang diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU. Tahun ”.

B.    Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU. Tahun ?”.

C.    Tujuan Penelitian
C.1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi prematur di RSU. .
C.2.    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi prematur berdasarkan umur.
2.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi prematur berdasarkan pendidikan.
3.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi prematur berdasarkan pelatihan.
4.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi prematur berdasarkan sumber informasi.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan Keperawatan di Akademi Keperawatan Nauli Husada Sibolga
2.    Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang perawatan bayi prematur.
3.    Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi prematur dan juga sebagai  pengalaman penulis dalam mengaplikasi-kan riset keperawatan.
4.    Bagi Praktek Keperawatan Komunitas
Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya perawatan bayi prematur.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Pengetahuan Siswi tentang Flour Albus di SLTPN

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Pengetahuan Siswi tentang Flour Albus di SLTPN, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Pengetahuan Siswi tentang Flour Albus di SLTPN.
Gambaran Pengetahuan Siswi tentang Flour Albus di SLTPN
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Flour Albus atau yang lebih dikenal dengan keputihan merupakan masalah yang cukup  serius oleh wanita. Keputihan tidak menyebabkan kanker, namun salah satu dari gejala kanker mulut rahim. Bisa juga bagi mereka yang belum pernah melakukan hubungan sexual jika wanita itu sering merokok. Sekitar 75% wanita di dunia pernah mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup, sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau lebih. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengetahuan siswi tentang flour albus di SLTPN 24 ..Tahun .
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan metode pengambilan data secara kuisioner. Data yang dikumpulkan adalah data primer, diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang berisi pengetahuan tentang flour albus pada siswi, populasi sampel diambil dengan cara purposive sampling yang diambil adalah siswi kelas 7,8,9 di SLTPN 24 ..Tahun yang berjumlah 99 siswi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengetahuan siswi secara umum adalah cukup 55 siswi (55 %) .
Pengetahuan ini  terdiri atas pengetahuan tentang pengertian flour albus baik 87 siswi (87 %), Tentang penyebab flour albus kurang hanya 67 siswi (66,3 %) yang mengetahui tentang penyebab flour albus, Pengetahuan siswi tentang tanda dan gejala baik 64 siswi (64 %), Tentang efek samping baik 63 siswi ( 63 % ) yang mengetahui tentang efek samping, pengetahuan tentang pencegahan flour albus baik hanya 29 siswi (28,7 %) yang mengetahui tentang pencegahan flour albus, Tentang pengobatan flour albus baik 44 siswi (43,6 %) yang mengetahui tentang pengobatan flour albus.
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti diharapkan kepada Siswi SLTPN 24 ..untuk  menjaga personal hygiene khususnya bagian kewanitaan dengan melakukan vulva hygiene, menjaga kelembaban vagina serta pastikan vagina dalam keadaan kering, untuk mencegah terjadinya flour albus. Serta tetap mencari informasi lengkap dan akurat tentang flour albus pada remaja, baik dari teman, media elektronik, media baca, Dengan demikian siswi akan mengetahui lebih dalam tentang flour albus.
Kata kunci : Pengetahuan siswi tentang Flour Albus.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
    Flour albus atau yang lebih dikenal dengan keputihan merupakan masalah yang cukup serius dialami wanita, keputihan tidak menyebabkan kanker, namun salah satu gejala kanker mulut rahim, bisa juga terjadi pada mereka yang belum pernah melakukan hubungan seksual jika wanita itu sering merokok. Wanita yang merokok memiliki kecanduan 12 kali lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak merokok untuk menderita penyakit kanker mulut rahim. (dr. Boyke, 2008)
   Keputihan ada yang normal dan ada yang tidak normal. Dalam keadaan normal, vagina  akan menghasilkan cairan yang berwarna putih, tidak berbau dan dalam jumlah yang tidak berlebihan, cairan ini tidak berperan sebagai sesuatu sistem perlindungan dimana keputihan dapat mengurangkan gesekan antara dinding vagina ketika berjalan maupun ketika melakukan hubungan seksual. Wanita tidak seharusnya bimbang dengan masalah ini, keputihan yang normal berlaku beberapa hari sebelum datang haid, seks ketika hamil atau selepas Menopause (dr. Boyke, 2008). Keputihan yang tidak normal dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tes usap.
  Biasanya disertai gatal, bau amis, lecet, warna kehijau-hijauan dan kemerahan pada daerah vulva, vagina, dan jaringan serviks serta nyeri saat berhubungan seksual. 95% kasus kanker rahim pada wanita Indonesia ditandai dengan keputihan. Selain itu, keputihan tidak mengenal usia. Cuaca yang lembab juga ikut mempengaruhi (Kasdu D,2008)
  Tahun 2002 pengembangan program kesehatan remaja lebih diperluas dan dimantapkan dengan memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dengan pendekatan yang berbeda dimana puskesmas diberikan keleluasaan untuk meningkatkan  remaja melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ). (kebijakan dan strategi nasionalkespro diindonesia,2005)
   Penyakit keputihan sangat sering dijumpai dan menjadi problem pada wanita.  Sekitar 75% wanita di dunia pernah mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup. (dr. Boyke, 2008) penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti bulan maret tahun dari 20 respondent yang terlihat dalam penelitian 10 orang (50%) memiliki pengetahuan cukup, 9 orang (45%) memiliki pengetahuan baik dan 8 orang (40%) memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umumnya Remaja Putri yang menjadi Responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang flour albus. (Eni, 2008)
    Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Maret di SLTPN , dari 19 responden didapatkan bahwa tingkat pengetahuan siswi tentang flour albus kurang ( 63,15% ) dengan cara menyebarkan kuesioner, sekitar 9 siswi tidak tahu sama sekali apa itu keputihan pada saat dilakukan wawancara oleh penulis.
    Wawancara dengan kepala sekolah, kepala tata usaha, salah satu guru, serta salah satu siswi di sekolah ini juga memperlihatkan bahwa pelajaran tentang reproduksi belum pernah diberikan disekolah ini. Selama ini juga belum pernah dilakukan penelitian dan penyuluhan tentang flour albus di SLTPN .
 Berdasarkan data – data dan pengamatan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Flour Albus di SLTPN Tahun .

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Siswi Terhadap Keputihan di SLTPN Tahun ?

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja Siswi tentang keputihan di SLTPN Tahun .
1.3.2    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui distribusi pengetahuan responden berdasarkan Pengertian Flour Albus.   
2.    Untuk mengetahui distribusi pengetahuan responden berdasarkan penyebab Flour Albus.
3.    Untuk mengetahui distribusi pengetahuan responden berdasarkan tanda dan gejala Flour Albus.
4.     Untuk mengetahui distribusi pengetahuan responden berdasarkan efek samping Flour Albus.
5.    Untuk mengetahui distribusi pengetahuan responden berdasarkan pengobatan Flour Albus.

1.4 Manfaat Penelitian
1.    Bagi siswi SLTPN
Dari hasil penelitian diharapkan dapat sebagai sumber pengetahuan pada siswi agar mengetahui tentang Flour Albus.
2.    Bagi sekolah SLTPN
Sebagai sumber pengetahuan bagi instansi pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja.
3.    Bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan
 Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang sama bagi siswi di Akademi Kebidanan .
4.    Bagi peneliti
Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan siswi tentang Flour Albus.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Obesitas di SMP

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Obesitas di SMP, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Obesitas di SMP.
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Obesitas di SMP
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
    Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara berlebihan didalam tubuh.
    Obesitas atau kelebihan berat badan adalah hal yang menakutkan bagi setiap orang tanpa terkecuali, baru-baru ini The Internasional Obesity Taskforce mengumumkan bahwa pada tahun 2015 diseluruh dunia akan terdapat 2,3 miliar orang dewasa memiliki kelebihan bobot badan atau obesitas.
    Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer melalui pengisian kuisioner dan penelitian ini quota sampling yaitu sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quantum atau jatah sebanyak 41 sampel.
    Dari hasil penelitian ditemukan gambaran pengetahuan remaja tentang obesitas di SMP tahun , mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 20 responden (48,8%) dan minoritas responden berpengetahuan kurang 2 responden (4,9%). Mayoritas responden berumur 14-15 tahun sebanyak 12 responden (57,1%) berpengetahuan cukup, dan minoritas berumur 12-13 tahun sebanyak 1 responden (100%) berpengetahuan kurang, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan baik 13 responden (72,2%) dan minoritas berjenis kelamin laki-laki berpengetahuan kurang 2 responden (100%), mayoritas responden dari sumber informasi secara tidak langsung 16 responden (76,1%) berpengetahuan cukup, minoritas dari sumber informasi secara tidak langsung 2 responden (100%)
    Diharapkan kepada pihak sekolah agar menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan agar informasi tentang obesitas dapat disampaikan dengan baik kepada remaja khususnya para siswa-siswi.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara berlebihan didalam tubuh. Saat ini gizi lebih atau obesitas merupakan epidemic di Negara Maju seperti Inggris, Brazil, Singapura dan dengan cepat berkembang di Negara berkembang,terutama populasi kepulauan pasifik dan Negara Asia tertentu. Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama.
(Lucy A.Bilaver,2009)
        Obesitas (kegemukan) di defenisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih sehingga berat badan jauh diatas batas normalnya. (Damayanti,Ayu.2008)
        Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibanding pria.Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% para pria.Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
(id.Wikipedia.org/wiki/obesitas)
Obesitas atau kelebihan berat badan adalah hal yang menakutkan bagi setiap orang tanpa terkecuali, baru-baru ini The Internasional obesity Taskforce mengumumkan bahwa pada tahun 2015 diseluruh dunia akan terdapat 2,3 miliar orang dewasa memiliki kelebihan bobot badan atau obesitas. Angka atau persentase besar yang menjadi pemikiran besar masyarakat dunia, dari 2,3 miliar angka yang disebutkan terdapat 700 juta orang teridap obesitas, khususnya Asia Tenggara pada tahun 2006, angka obesitas dibawah usia 18 tahun tercatat 19,9%, dan diperkirakan pada tahun akan mencapai 28,2%.
(HTTP///blongspot.Soft stop Junkfood 1.com)
Obesitas atau kegemukan sering diartikan dengan badan atau tubuh yang  cenderung gemuk dan memiliki  berat badan yang berlebihan. Kelebihan berat badan yang mungkin anda alami disebabkan oleh banyaknya unsur lemak yang berada dalam tubuh atau badan anda. (Wahid,Abdul.2009)
WHO mengatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia.Dari data yang dikumpulkan seluruh dunia, mengalami peningkatan overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat.jika keadaan ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes
Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi dunia,yakni sekitar 37%.Seteleh itu Peru 32% dan Amerika Serikat 31%.Di Brazil, kasus obesitas pada anak remaja sebesar 239% disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan laporan Tim obesitas Intrnasional.
(www.balipost.Co.id/bali post cetak/2002.com)
Di Indonesia,hasil yang didapat teryata prevalensi kegemukan pada anak usia sekolah SMP tertinggi ada diJakarta (25%), Semarang (24%), (17,75%), Denpasar (11,7%), Surabaya (11,4%),Padang (7,1%), Manado (5,3%), Yogyakarta (4%),Solo (2,1%).Rata-rata prevalensi kegemukan di 10 kota besar tersebut mencapai 12,2% (2,1-25%). Peningkatan obesitas ini antara lain disebabkan oleh perbaikan daya beli masyarakat, terutama golongan menengah dan atas,yang tidak di imbangi peningkatan kesadaran untuk berperilaku hidup sehat.
(Pesta Gagasan.Blongspot.Com)
Obesitas (kegemukan) merupakan salah satu masalah yang ditakuti remaja, khususnya remaja putri. Mereka merasa kehilangan kepercayaan diri ketika memiliki bentuk tubuh yang tidak proporsional seperti memiliki banyak lipatan perut, pinggang, maupun lengan. (Ani-Dzakiyah.Blogspot.Com/2010/01/)
Obesitas atau kegemukan pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata.Obesitas pada remaja sering menimbulkan resiko kesehatan lainnya yang lebih serius. (Medicastore.Com/med.Remaja obesitas)
Berdasarkan hasil dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai”Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas di SMP Tahun ”.


1.2.  Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, adapun perumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas di SMP Tahun .  

1.3.  Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas di SMP  Tahun .
1.3.2    Tujuan Khusus
1.    Untuk Mengetahui distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas di SMP berdasarkan umur.
2.    Untuk mengetahui distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas di SMP berdasarkan jenis kelamin.
3.    Untuk Mengetahui distribusi  Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas di SMP berdasarkan sumber informasi.

1.4.  Manfaat Penelitian
  Diharap hasil penelitian ini memberikan manfaat pada :
1.    Bagi pihak SMP
   Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau informasi tentang Obesitas bagi para pendidik pengajar di SMP .
2.      Bagi Responden
     Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atau informasi bagi  remaja  tentang Obesitas khususnya siswa-siswi SMP
3.      Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi diperpustakaan  Akademi Kebidanan Harapan Mama kabupaten Deli Serdang.
4.      Bagi Peneliti
  Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pengalaman yang berharga bagi peneliti terutama pengetahuan Remaja Tentang Obesitas.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri.
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Ini ditandai dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, sexual dan psikologi yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Di akhir masa kanak-kanak akhir sebenarnya terjadi pada masa menjelang kedatangan masa remaja (Jamaluddin, 2004).
Menarche adalah haid yang pertama kali datang. Gejalanya terasa sakit pada daerah mamae, bagian abdomen dan pinggang dan ada sebagian remaja mengalami tumbuhnya jerawat pada saat haid pertamanya.
Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Permulaan masa pubertas yang sering disebut sebagai pematangan fungsi reproduksi, pada perempuan ditandai dengan haid. Remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami menarche (Manuaba, 2004).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Ganong, 2003).
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, sekonomi, dan lain-lain. Di Inggris usia rata-rata untuk mecapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, Menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Jamaluddin, 2004).
Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu Menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata Menarche 12,5 tahun, usia Menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di Desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003).
Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapat perhatian khusus karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita (Huffman, 1968).
Anak-anak berusia 12 tahun atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya (Maju, 1996).
Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi, terutama wanita. Menarche adalah peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai (Huffman, 1968)
Dari hasil survey pendahuluan yang saya dapatkan di SMP Negeri 5Tahunterdapat 300 siswa perempuan, sedangkan yang telah mengalami menarche terhitung 30 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5Tahun”.

B.    Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5Tahun?”.

C.    Tujuan Penelitian
C.1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5Tahun.
C.2.    Tujuan Khusus
C.2.1.    Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5Tahunberdasarkan umur.
C.2.2.    Untuk mengetahui Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5Tahunberdasarkan tempat tinggal.
C.2.3.    Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5Tahunberdasarkan informasi.

D.    Manfaat Penelitian
D.1.    Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan remaja putri tentang Menarche dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
C.2.    Bagi yang diteliti
Sebagai bahan informasi bagi siswi di SMP Negeri 5tentang tingkat pengetahuan terhadap Menarche.
C.3.    Bagi peneliti
Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang Menarche dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan D.III.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul