Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan WUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan WUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan WUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan WUS dalam Penggunaan KB IUD di Desa
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Dalam paradigma barn program KB sangat ditekankan pada pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Namun kenyataannya di Indonesia alat kontrasepsi yang lebih populer adalah kontrasepsi hormonal, padahal pemakaian kontrasepsi jangka panjang dapat terjadi risiko, salah satunya terkena osteoporosis. Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD di Desa Kecamatan Tahun Populasi penelitian adalah seliruh wanita PUS yang ber-KB di Desa Kecamatan dan sampel penelitian berjumlah 140.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita PUS dalam penggunaan KB IUD adalah faktor pengetahuan ibu (p = 0,008), faktor sikap ibu (p = 0,000), faktor partisipasi suami (p = 0,011) dan faktor pelayanan KB (p = 0,000).
Disarankan kepada petugas kesehatan dan petugas lapangan KB hams memiliki skil yang terampil sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dan turut menyertakan suami dalam memberikan penyuluhan agar dapat memilih IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien.
Kata kunci : Wanita PUS, Penggunaan KB IUD,

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Paradigma barn program KB menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 yaitu terbentuknya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi visi keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma barn program KB ini sangat ditekankan pada pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (BKKBN, 2008).
Ada berbagai macam pilihan kontrasepsi, salah satu jenis alat kontrasepsi adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi efektif, yaitu pemakaian IUD dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Dewasa ini diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang memakai AKDR, hampir 40%-nya terdapat di Cina. Sebaliknya hanya 6% di negara maju dan 0,5% di sub-sahara Afrika (BKKBN, 2005).
Menurut SDKI 2007 kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia adalah metode suntikan (30%), pil (12,5%), IUD (4,7%), implant (2,6 %), MOW (3%), kondom (1,2%), dan MOP (0,2%) (SDKI, 2007). Pemakaian kontrasepsi hormon sintetik jangka panjang memang mempunyai risiko. Pemakaian suntik KB 3 bulan bagi wanita yang memasuki masa menopause, akan berisiko terkena osteoporosis. (BKKBN, 2008).
Jumlah PUS tahun 2008 di Sumatera Utara adalah 2.021.211 PUS, akseptor KB aktifnya adalah 1.322.653 (65,44%), dan akseptor KB barn sebanyak 283.142 akseptor. Dimana yang menggunakan IUD 15.515 (5,5%), pil 104193 (36,8%), kondom 22.158 (7,8%), suntik 113.358 (40%), implant 19.916 (7%), metode operasi 8002 (2,8%) (BPS, 2008).
Dari hasil penelitian di kelurahan Tanju Jakarta Barat tahun 2008 tentang pengetahuan, sikap dan perilaku ibu-ibu akseptor KB serta faktor—faktor yang berhubungan mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, ditemukan enam faktor yang berhubungan bermakna mengenai alat kontrasepsi dalam rahim (Viviroy, 2008).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD antara lain : faktor pengetahuan, faktor umur, faktor ekonomi, faktor jumlah anak, faktor partisipasi suami dan faktor pelayanan KB (Pinem, 2009).
Dari hasil survei pendahuluan, jumlah PUS pada 20 desa di Kecamatan pada tahun 2009 adalah 64.384 PUS. Pasangan usia subur (PUS) yang mengikuti program KB jumlahnya sebesar 49.137 pasangan atau sekitar 76,3%. Dan untuk tiap desa yang mengikuti program KB rata-rata berjumlah 3154 PUS. Tetapi untuk desa , terdapat 1866 PUS (2,9%), dan yang menjadi akseptor aktif jumlahnya adalah 1411 PUS (75,6%). Dimana alat yang dipakai adalah KB-Pil 582 (41,2%) wanita PUS, suntik 418 (30%) wanita PUS, MOW 27 (2%) wanita PUS, implant 232 (16,4%), kondom 104 (7,4%) dan IUD 48 (3%) wanita PUS. Dari data- data tersebut dapat dilihat bahwa yang menggunakan IUD sangat sedikit, padahal IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang aman (BKKBN, 2009).
Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD. Berdasarkan data-data di atas, dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor- faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD di desa Kecamatan .
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor apakah yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi KB-IUD di desa Kecamatan .

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD di de sa Kecamatan tahun ..........
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah anak terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
5. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
6. Untuk mengetahui pengaruh efek samping terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
7. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi suami terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.
8. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan KB terhadap keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan KB IUD.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber informasi dan masukan bagi petugas kesehatan dan petugas lapangan KB dalam rangka perencanaan peningkatan keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan masukan bagi peneliti berikutnya yang meneliti berkaitan dengan KB IUD pada PUS.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mortalitas dan Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah yang besar dinegara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Menurut Women Of Our World 2005 yang diterbitkan oleh Population Reference Bureau (2005) Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 230 kematian per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan beberapa Negara ASEAN.
Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena hamil, bersalin dan nifas. Sebagian besar dari komplikasi – komplikasi tersebut sebenarnya dapat ditangani melalui penerapan teknologi kesehatan yang ada. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi kesehatan kurang dapat diterapkan mulus ditingkat masyarakat diantaranya ketidaktahuan, kemiskinan, rendahnya status sosial ekonomi perempuan, terbatasnya kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai dan kelangkaan pelayanan kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga berperan terhadap situasi ini.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan masih banyak masyarakat Indonesia berorientasi pada pertolongan persalinan oleh dukun dengan segala keterbatasannya (Sarwono 2006).
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap Ibu yang membutuhkan. Untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan di desa dengan polindesnya. Dengan penempatan bidan di desa ini diharapkan peranan dukun makin berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan tersedianya fasilitas kesehatan, namun pada kenyataanya masih banyak persalinan yang tidak ditolong oleh bidan melainkan oleh dukun. Departemen kesehatan RI memperkirakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun masih mendominasi terutama didaerah pedesaan yaitu mencapai 75% sampai 80% (Manuaba 1998).
Masih banyaknya pengguna jasa dukun disebabkan beberapa faktor yaitu lebih mudahnya pelayanan dukun bayi, terjangkau oleh masyarakat baik dalam jangkauan jarak, ekonomi atau lebih dekat secara psikologi, bersedia membantu keluarga dalam berbagai pekerjaan rumah tangga serta berperan sebagai penasehat dalam melaksanakan berbagai upacara selamatan (Manuaba, 1998).
Keadaan tersebut menuntut peningkatan pelayanan kebidanan yang bermutu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat yang semakin meningkat.
Untuk kabupaten .., cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar 4.283 (71,5%) dari 5.986 persalinan. Yang paling rendah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah di Puskesmas Pada tahun 2005 jumlah persalinan diwilayah kerja puskesmas adalah 158 orang, dari jumlah tersebut 92 (58,61%) ditolong oleh dukun dan 66 (41,39%) ditolong oleh bidan. Dan pada tahun 2006 jumlah persalinan mencapai 177 orang dimana 84 (47,81%) ditolong oleh bidan dan 93 (52,19%) ditolong oleh dukun. Dengan demikian rata-rata pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun di wilayah kerja puskesmas pada dua tahun terakhir (2005-2006) sekitar 53,21%. Dari pertolongan persalinan oleh dukun ini menimbulkan berbagai masalah diantaranya partus lama mencapai 5%, infeksi 3,6% dan kematian bayi baru lahir 2% (profil kabupaten ..).
Sarana kesehatan yang tersedia diwilayah kerja Puskesmas yaitu Polindes 4 buah. Tenaga bidan di Puskesmas 3 orang, setiap bulannya pertolongan persalinan rata-rata 3 sampai 4 orang (Profil Puskesmas ).
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas penulis tertarik mengadakan penelitian untuk menggali faktor-faktor apa yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan.

Perumusan Masalah
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan diwilayah kerja Puskesmas Kabupaten ?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan diwilayah kerja Puskesmas Kabupaten ..
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penolong persalinan.
Untuk mengetahui sikap Ibu terhadap penolong persalinan.
Untuk mengetahui penghasilan Ibu yang mendukung dalam pengambilan keputusan untuk memilih penolong persalinan.
Untuk mengetahui jarak rumah Ibu dengan penolong persalinan.

Manfaat Penelitian
Bagi Dinas kesehatan kabupaten ..
Sebagai masukan tentang kualitas pelayanan KIA dan dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan.
Bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana Ibu memilih bidan dan dukun bayi sebagai penolong persalinan yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
Bagi Institusi Pendidikan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pustaka bagi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan penelitian lebih lanjut.
Bagi Peneliti.
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian dan meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia dalam Kehamilan di BPS

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia dalam Kehamilan di BPS, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia dalam Kehamilan di BPS.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia dalam Kehamilan di BPS
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI Negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2002/2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kehamilah hidup, sementara itu di negara tetangga Malaysia sebesar 36 per 100.000 kelahiran hidup, di Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan di Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk diantaranya program safe Motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988, upaya ini telah berhasil menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup ditahun 1985 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997.
Tiga pesan kunci MPS adalah setiap persalinan ditolon oleh tenaga kesehtan terlatih, setiap komplikasi obsterti dan neontal mendapat pelayanan yang adekut dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dari penatalaksanaan MPS, target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. (www.hanyawanita.com:2006)
Frekuensi ibu hami dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5% sedang di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan perdisposis anemia divisiensi di Indonesia (Saifuddin, 2006 : 281). Menurut WHO kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8 % pada trimester 1,13% trimester II < dan 24,8 % pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1 % di Bogor. Bakta menemukan anemia hamil sebesr 50,7 % di Pukesmas Kota Denpasar sedangkan Shindu menemukan sebesar 33,4 % di Pukesmas Ngawi. Simanjutak mengemukakan bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi. Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi (Manuaba, 1998 : 29)
Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persedian Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volum 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningktan sel darah 18 % sampai 30  dan Hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum sekitar 11 gr % maka fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr % (Manuaba, 1998 : 30).
Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapatkan tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan kerena faktor ketidak tahuan pentingnya tablet zt besi untuk kehamilannya. Dampak yang diakabitkan minum tablet zat besi penyerapan/respon tubuh terhadap tablet zat besi kurang baik sehingga tidaki terjadi peningkatan kadar HB sesuai dengan yang diharapkan. Faktor ini yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bateri, parasit, usus seperti cacing tabang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memang peranan penting katiannya dengan aspun gizi ibu selama hamil (http://www.bppsdm.depkes.go.id).
Berdasarkan hal-hal di tas penulis merasa tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia di BPS     

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan Ibu Hamil tentang anemia di BPS   ?”.

C.    Ruang Lingkup
1.    Jenis Penelitian     :    Deskriptif
2.    Subjek Penelitian     :    Ibu hamil Trimester III dengan usia kehamilan di atas 37 minggu
3.    Objek Penelitian     :      Ibu hamil Trimester III dengan usia kehamilan di atas 37 minggu yang mengalami anemia di BPS   
4.    Lokasi Penelitian    :      BPS   
5.    Waktu Penelitian     :      April s/d Mei .
6.    Alasan     :    Karena masih ada ibu hamil dengan anemia di BPS

D.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di BPS  
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan anemia di BPS
b.    Untuk mengetahui berapa banyak ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan di BPS
c.    Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi ibu hamil dengan anemia di BPS

E.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan penerapan hasil studi
2.    Lokasi penelitian
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan anemia
3.    Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah refrensi perpustakaan dan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
4.    Bagi penelitian lain
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat ini.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Anonim, 1992).
Banyak kendala dalam mencapai pembangunan kesehatan, sehingga perlu adanya program kesehatan yang menyentuh langsung ke sasaran. Kendala itu diantaranya adalah masalah gangguan gizi yang masih banyak terjadi di daerah-daerah. Salah satu gangguan gizi adalah gizi buruk.
Penyebab utama gizi buruk pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Namun masalah gizi buruk pada balita bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan, (masalah struktural) tapi juga karena aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga).
Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek (http://www.koalisi.org/dokumen).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).
Jumlah gizi buruk pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk pada balita sebanyak 8.349 orang atau 8,8% dan pada tahun 2007 balita yang mengalami kasus gizi buruk meningkat menjadi 700.000. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
Di provinsi Jawa Barat tahun 2005 kasus yang menimpa anak-anak di bawah umur lima tahun (balita) rata-rata naik dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 6.687 orang yang dibedakan ke dalam kategori gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 213 orang atau sekitar 3,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi baik sebanyak 5003 orang atau sekitar 74,80%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 108 orang atau sekitar 16,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 386 orang atau sekitar 5,8%.
Di Kabupaten tahun 2007 jumlah balita sebanyak 86.832 orang dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 81.081 orang. Untuk balita yang memperoleh status gizi baik berdasarkan berat badan menurut umur yaitu sebanyak 69.397 orang atau sekitar 85,59%, untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 1.032 orang atau sekitar 1,273%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 9.257 orang atau sekitar 11,417% dan untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 1.395 orang atau sekitar 1,6%.
Meskipun rata-rata presentasi gizi buruk di Kabupaten lebih kecil dari provinsi namun bila dilihat lebih jauh menurut Puskesmas di wilayah terdapat beberapa wilayah yang angkanya lebih besar dari rata-rata Kabupaten dan juga rata-rata Provinsi. Yaitu 9,4%; 9,4%; 3,8%; 3,5%.
Adapun data Puskesmas tahun 2007 berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten yaitu jumlah balita sebanyak 1.459 orang dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak 1.404 orang. Untuk balita yang memperoleh status gizi baik berdasarkan berat badan menurut umur yaitu sebanyak 1.135 orang atau sekitar 80,8%; untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 11 orang atau sekitar 0,8%; untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 127 orang atau sekitar 9% dan untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 131 orang atau sekitar 9,4%.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan di atas peneliti menemukan bahwa kejadian gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas merupakan masalah dibandingkan dengan wilayah lain. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas .

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun .
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun
1.3.2.2 Diketahuinya hubungan pendidikan ibu terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan sosial ekonomi terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun

1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini mencakup faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi (pengetahuan ibu, pendidikan ibu, dan sosial ekonomi) di wilayah kerja Puskesmas Tahun .

1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak antara lain:
1.5.1 Bagi Penulis
Dapat dijadikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat di lahan praktek dengan memperoleh pengetahuan luas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di Puskesmas .
1.5.2 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan mengenai status gizi di wilayah kerja Puskesmas .
1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah kepustakaan tentang status gizi pada balita, khususnya bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Partus Lama pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Partus Lama pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Partus Lama pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit.
Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Partus Lama pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai dari tanda-tanda persalinan.
Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi.
Angka kematian ibu (AKI) di dunia berdasarkan data Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 didapatkan bahwa dalam setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan proses kehamilan dan persalinannya. Peneliti dari University of Washington dan University of Queensland di Brisbane, Australia, diperkirakan kematian ibu dunia pada tahun 2008 sebesar 342.900. (Wikipedia, 16 Maret 2011)
Di Asia, jumlah kematian ibu diperkirakan telah menurun dari 315.000 ke 139.000 antara tahun 1990-2008, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), United Nations Children's Fund (Unicef), yang United Nations Population Fund (UNFPA) dan Bank Dunia. Angka Kematian Ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN. Di Indonesia Angka Kematian Ibu berkisar 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Padahal berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goal (MDG), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran. Demikian disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar. (Index Berita, Selasa 11 May 2010).
Sebagaimana dinyatakan oleh WHO melalui Laporan Kesehatan Dunia 2005 beberapa penyebab kematian ibu adalah perdarahan (25%), infeksi (13%), aborsi tidak aman (13%), eklampsia (12%), partus lama (37%). Tenaga kerja terhambat (8%), penyebab langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (20%). Penyebab tidak langsung seperti malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskuler, mempersulit kehamilan. (Child Info, 2011).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Menurut Dr. Ieke Irdjiati, MPH. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa 90% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, teksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus.
Persalinan lama atau partus kasep atau partus terlantar merupakan masalah besar di indonesia karena pertolongan di daerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. (Manuaba, Ilmu kebidanan, 2005). Sedangkan menurut Harry Oxorn 2010, sebab utama partus lama adalah disproporsi fetopelfik, malposisi, malpresentasi, kerja uterus yang tidak efisien termasuk serviks yang kaku. Sedangkan faktor tambahan lainnya adalah primigravida, ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup keras dan mendatar, analgesi dan anastesi yang berlebihan dalam fase laten.
Dari perolehan data di Rumah Sakit berdasarkan Medical Record diketahui data kasus kebidanan sebagai berikut: pada tahun 2008 ibu bersalin berjumlah 771 orang dan yang mengalami partus lama berjumlah 46 orang (6,47%), pada tahun 2009 ibu yang bersalin berjumlah 766 orang yang mengalami partus lama berjumlah 54 orang (7,04%), tahun 2010 ibu yang bersalin berjumlah 740 orang yang mengalami partus lama berjumlah 57 orang (7,70%).
Dari berbagai uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui dan mempelajari faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Periode Januari-Juni Tahun 

B. Rumusan Masalah
Semakin meningkatnya jumlah persalinan dengan partus lama di Rumah Sakit maka peneliti ingin mengetahui apa saja faktor – faktor yang berhubungan dengan partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Periode Januari-Juni tahun

C. Pertanyaan Penelitian
Apa saja faktor – faktor yang berhubungan dengan partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Periode Januari-Juni tahun 

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Periode Januari-Juni tahun
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi ibu parus lama, umur, paritas, kelainan letak, ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit periode Januari-Juni Tahun
b. Untuk melihat hubungan antara partus lama dengan umur di Rumah Sakit Periode Januari-Juni tahun
c. Untuk melihat hubungan antara partus lama dengan paritas di Rumah Sakit Periode Januari-Juni tahun
d. Untuk mengatahui hubungan antara partus lama dengan kelainan letak (malposisi) di Rumah Sakit Periode Januari-Juni tahun
e. Untuk mengetahui hubungan antara partus lama dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di rumah sakit periode januari-juni tahun

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi tempat penelitian
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pengambil kebijakan atau keputusan manajemen.
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan Stikes Abdi Nusantara serta bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini diarahkan pada faktor – faktor yang berhubungan dengan partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Periode Januari-Juni tahun Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di Rumah Sakit. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan partus lama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah study deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data diperoleh dari data sekunder rekam medik. Data akan diolah secara univariat dan bivariat dengan uji statistik chi-square dengan bantuan komputer program SPSS.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul