Gambaran Faktor Resiko Hipertensi di Puskesmas

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Faktor Resiko Hipertensi di Puskesmas, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Faktor Resiko Hipertensi di Puskesmas.
Gambaran Faktor Resiko Hipertensi di Puskesmas
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi.(1)
Berdasarkan laporan WHO dan CDC (2002), diperkirakan penderita hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Di Amerika diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi, dan stroke merupakan masalah utama. Oleh sebab itu, Amerika telah mengharuskan penduduk yang berusia di atas 20 tahun untuk memeriksakan tekanan darahnya minimal 1 kali dalam 2 tahun.(2)
Adapun data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Kabupaten dimana penyakit hipertensi pada tahun 2007 berjumlah 614 orang, 2008 sebanyak 811 orang dan tahun 2009 sebanyak 908 orang kunjungan hipertensi dan menduduki peringkat ke 3 dari 10 distribusi penyakit di Puskesmas Kabupaten (3)
Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran faktor resiko hipertensi di Puskesmas Kabupaten 

I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “bagaimanakah gambaran faktor resiko hipertensi di Puskesmas Kabupaten ?

I.3. Tujuan Penelitian
1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran faktor resiko hipertensi di Puskesmas Kabupaten
2 Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran umur dengan hipertensi .
b. Mengetahui gambaran jenis kelamin dengan hipertensi
c. Mengetahui gambaran obesitas dengan hipertensi
d. Mengetahui gambaran merokok dengan hipertensi .

I.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi Puskesmas Kabupaten Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan yang optimal di Puskesmas Kabupaten .
2. Bagi pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman yang sangat berharga dan dapat menambah wawasan peneliti mengenai karakterstik faktor resiko penyakit hipertensi .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkomplit pada Ibu Hamil di RSU

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkomplit pada Ibu Hamil di RSU, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkomplit pada Ibu Hamil di RSU.
Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkomplit pada Ibu Hamil di RSU
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mencapai sasaran pembangunan milenium (millennium development goals/MDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010, sasaran MDGs ada indikatornya serta kapan harus dicapai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Dalam visi ini Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya yaitu mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan. Maksud dari visi tersebut yaitu kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesia-sehat-2015/)
WHO memperkirakan sekitar 15–20% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Angka kematian ibu karena abortus yang tidak aman diperkirakan 100.000 wanita setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di Negara–negara berkembang termasuk Indonesia.
(www.locals/temp on line diakses tanggal 27 April 2011).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyatakan bahwa AKI di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di ASEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender. Dan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas pemerintah (Depkes RI, 2000).
Di Indonesia, sampai kini diperkirakan jumlah kasus aborsi mencapai 2 juta per tahun 750.000 diantaranya dilakukan kalangan remaja. Kejadian abortus inkomplit diperkirakan terjadi pada 10–15% kehamilan. (Depkes RI, 2007).
Saat ini angka kematian bayi dan angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, dimana cakupan pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan pasca persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah sehingga keterampilan tenaga kesehatan perlu selalu ditingkatkan, karena pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan (Syaifuddin AB, 2002).
Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan pada tahun 2006 di Sul-Sel sebesar 101,56 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 menurun menjadi 92,89 per 100.000 kelahiran hidup dan didapatkan jumlah bayi pada tahun 2007 sebanyak 160.875 orang (Dinas Provinsi Sul-Sel 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dibagian rekam medik RSU tahun ditemukan jumlah kejadian abortus berkisar 348 kasus, dimana ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit sebanyak 229 orang (65,80%), abortus komplit sebanyak 7 orang (2,01%), abortus imminens 48 orang (13,79%), abortus insipiens 21 orang (6,03%), abortus habitualis sebanyak 4 orang (1,15%), missed abortion sebanyak 15 orang (4,31%) dan abortus provokatus sebanyak 24 orang (6,90%).
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan. Kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10–15%, frekuensi dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil (Wiknjosastro H, 2005).
Berdasarkan insiden diatas ternyata abortus merupakan masalah dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian serta kelangsungan reproduksi wanita. Dimana fungsi reproduksi ini sering merepotkan manusia, banyak pasangan ingin sekali mendapat anak dengan berbagai cara namun ironisnya disisi lain ada pasangan yang istrinya hamil tetapi kehamilan tersebut tidak diinginkan dan menempuh segala cara untuk menggugurkan kandungannya. (Bertens K, 2002).
Dengan melihat data diatas yang menggambarkan sejumlah kasus abortus yang masih sangat tinggi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang abortus inkomplit dengan judul “Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkomplit di RSU Tahun ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana gambaran angka kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil di RSU tahun ”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil di RSU tahun
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil berdasarkan umur ibu
b. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil berdasarkan gravida

D. Manfaat Penelitian
1. Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum serta memperkaya khasanah ilmu pengatahuan dan juga dapat menjadi acuan bagi peniliti selanjutnya.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan acuan dalam rangka penentu kebijakan kejadian abortus.
3. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit.
4. Bagi Masyarakat / Pasien
Kiranya menambah wawasan dan pengetahuan tentang abortus khususnya abortus inkomplit.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hamil di RSIA

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hamil di RSIA, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hamil di RSIA.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hamil di RSIA
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Persalinan merupakan suatu proses yang fisiologis dan hampir setiap wanita akan mengalaminya. Persalinan itu sendiri biasanya berlangsung selama 24 jam dan apabila lebih dari 24 jam dapat dikatakan partus lama, yang dalam hal ini merupakan salah satu faktor yang banyak menyebabkan kematian ibu. Senam hamil juga merupakan suatu program bagi ibu hamil sehat untuk menjaga kondisi fisik ibu dengan menjaga kondisi otot-otot dan persendian serta mempercepat persalinan. Hasil penelitian pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil untuk ibu hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak terletak di wilayah Didapatkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil sebesar 60 % berpengetahuan cukup baik. Ibu yang memiliki pengetahuan cukup baik tentang pentingnya senam hamil lebih banyak pada usia dewasa pertengahan(20-35 tahun) yaitu sebesar 40 %. Ibu yang memiliki pengetahuan cukup baik tentang pentingnya senam hamil untuk ibu hamil lebih banyak pada responden yang berpendidikan SLTA yaitu sebesar 40 %. Ibu yang memiliki pengetahuan cukup baik tentang pentingnya senam hamil untuk ibu 30 orang (60%) dengan sumber informasi tenaga kesehatan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses yang fisiologis dan hampir setiap wanita akan mengalaminya. Persalinan itu sendiri biasanya berlangsung selama 24 jam dan apabila lebih dari 24 jam dapat dikatakan partus lama, yang dalam hal ini merupakan salah satu faktor yang banyak menyebabkan kematian ibu. (Sarwono,2006). Angka kematian ibu baik di dunia maupun di Indonesia akibat komplikasi persalinan masih sangat tinggi, menurut WHO pada tahun 2000 tercatat 500.000 sampai 1.000.000 per tahun wanita meninggal dunia akibat persalinan. (www.Google.com,2008). Sedangkan di Indonesia menurut SDKI pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 248/100.000 KH.(www.Bkkbn.com,2008). Sedangkan di Jawa Barat Angka kematian Ibu (AKI) tahun 2007 mencapai 300/100.000 KH dan untuk di Kabupaten Bogor itu sendiri terdapat 74 kasus kematian ibu akibat persalinan.(www.media Indonesia.com,2008). Untuk itu agar ibu dapat melewati kehamilan dan persalinan dengan dengan lancar dapat dilakukan senam hamil.
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental, pada saat persalinan agar dapat berlangsung dengan cepat, aman dan spontan(Sarwono, 2006).
Senam hamil juga merupakan suatu program bagi ibu hamil sehat untuk menjaga kondisi fisik ibu dengan menjaga kondisi otot-otot dan persendian serta mempeRumah Sakit Ibu dan Anak akan kondisi psikis ibu terutama menumbuhkan kepercayaan diri dalam menghadapi persalinan. Perkembangan senam hamil di negara-negara lain sudah sangat pesat, misalnya di Amerika Serikat banyak sekali wanita-wanita hamil yang sudah mengerti dan mau melakukan senam hamil, salah satu metode senam hamil yang saat ini sedang ramai diperbincangkan adalah metode Philates yang ditemukan oleh Joseph Philates.( Brock, Katie, 2007 ). Sedangkan di Indonesia senam hamil sudah ada sejak tahun 1972 dan telah disusun secara metodis dan diberikan di Rumah Sakit sebagai bagian dari prenatal care, sampai saat ini sudah banyak tempat-tempat pelayanan kesehatan yang mengadakan program senam hamil tetapi pengetahuan masyarakat tentang senam hamil itu sendiri masih sangat kurang.
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengaruh Senam Hamil pada persalinan kala I dan II, yang dilakukan di Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Sanglah Denpasar Bali pada bulan Januari 2001 sampai Juli 2004, dapat disimpulkan bahwa kejadian partus lama pada wanita hamil yang melakukan senam hamil lebih kecil dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak melakukan senam hamil, dan pada wanita yang melakukan senam hamil proses persalinannya lebih cepat dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak melakukan senam hamil.
Dengan hasil tersebut seharusnya masyarakat dapat lebih mengerti tentang manfaat senam hamil pada saat proses persalinan, tetapi pada kenyataanya masih dipertanyakan. Dengan melihat Gambaran di atas timbul pertanyaan apakah ibu hamil mempunyai cukup pengetahuan tentang senam hamil, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Senam Hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bulan Juni .

1.2 Masalah Umum Penelitian
Dalam penelitian ini rumusan masalah di sajikan dalam bentuk pertanyaan: Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bulan Juni .

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bulan Juni .
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bulan Juni .
1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bulan Juni berdasarkan Usia.
1.3.2.3 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bulan Juni berdasarkan Pendidikan.
1.3.2.4 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bulan Juni berdasarkan sumber informasi.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan agar dapat meningkatkan promosi atau penyuluhan tentang senam hamil agar masyarakat khususnya para ibu hamil untuk lebih mengenal dan mengetahui manfaat senam hamil dan mau melakukannya juga dapat dilaksanakannya senam hamil di tempat penelitian.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat dalam proses belajar mengajar
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan suatu temuan bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan yang juga dapat digunakan untuk pelayanan di masyarakat nantinya.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi pada Anak

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi pada Anak, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi pada Anak.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi pada Anak
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam satu karbohidrat yang diragikan. Proses karies gigi ini ditandai dengan terjadinya demineraslisasi pada jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kareis gigi pada anak kelas 4 SD yang dilaksanakan di SD Negeri desa Kecamatan , dimana yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelas 4 SD yang sekolah di SD Negeri Desa Kecamatan , yang berjumlah 35 orang, di mana keseluruhan populasi dijadikan sebagi sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini berjenis deskristif yaitu untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang menyebabkan karies gigi. Data yang terkumpul dalam bentuk data primer yang didapatkan dengan membangikan kuisioner pada seluruh siswa yang menjadi sample dalam penelitian ini dimana dalam satu lembar kuisioner terdiri data 20 pertanyaan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa faktor dominan yang menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak adalah faktor makanan yaitu sebanyak 30 responden (85.7%), sedangkan faktor non dominan mayoritas disebabkan oleh bakteri sebanyak 8 responden (23%). Bagi anak-anak menggosok gigi sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi, serta mengurangi mengkonsumsi makanan-makanan yang manis dan bersifat lengket.
Kata Kunci : Faktor-faktor penyebab + terjadinya karies gigi pada anak.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama dalam rongga mulut adalah karies gigi. Di Indonesia, prevelansi karies gigi ada kecenderungan semakin tinggi. Pada masa ini tidak hanya banyaknya karies gigi yang perlu diperhatikan tetapi urutan penyebab kejadian karies gigi seperti faktor gigi, substrat, mikroorgnisme, dan faktor waktu.
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang dirugikan. Proses karies gigi ditandai dengan terjadinya deminerausisi pada jaringn keras gigi, terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang karies gigi masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang.
Penelitian mengenai identifikasi resiko karies saat ini telah banyak dilakukan pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Adanya riwayat karies diketahui sebagai indikator terbaik dalam penentuan perkembangan karies. Namun indikator tersebut tidak dapat mencapai target ketetapan sekitar 80%.
Berdasarkan survey litbankes, presentase angka kesakitan gigi menduduki peringkat ke-6 terbanyak Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2009). Di Indonesia prevelansi karies gigi tetap diperkirakan 60-80% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan survey kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral pada daerah kota anak umur 8 tahun mempunyai prevelansi karies 45,2%, rata-rata 0,84, anak umur 12 tahun sebesar 76,62% rata-rata 2,21 sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai prevelansi kariesnya 73,2 dan rata-rata 2,69.
Adanya interaksi antara faktor penyebab karies, merupakan awal terjadinya lesi karies gigi. Hasil laporan penelitian-penelitian di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan adanya pervalensi yang cukup tinggi pada anak usia sekolah.
Berdasarkan hasil survey di atas, didapati anak yang mengalami karies gigi jumlahnya cukup tinggi, maka masalah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius agar dapat diupayakan cara pencegahannya dan penanggulangannya.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa karies gigi banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Maka dari pernyataan itu, peneliti membuat perumusan masalah yaitu “Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Di Sekolah Dasar”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan makanan yang dikonsumsi.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan bakteri.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan gigi dan air ludah.

1.4 Manfaat Penelitian
- Bagi instansi SD
Untuk menambah wawasan dan informasi bagi siswa-siswi terhadap faktor-faktor penyebab dan pencegah karies gigi.
- Bagi peneliti
• Untuk menambah pengetahuan peneliti terutama tentang penyebab dan pencegahan karies gigi.
• Data yang sudah ada dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya terutama tentang kesehatan gigi.
- Bagi institusi pendidikan
• Dapat dijadikan sebagai reverensi di perpustakaan.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Kesehatan dalam Penanggulangan Diare

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Kesehatan dalam Penanggulangan Diare, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Kesehatan dalam Penanggulangan Diare.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Kesehatan dalam Penanggulangan Diare
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyadari akan arti pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, maka Departemen Kesehatan menetapkan visi : “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”. Yaitu suatu kondisi di mana masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan mampu mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Dalam mewujudkan visi tersebut, maka misi Departemen Kesehatan adalah : “Membuat Rakyat Sehat”. Dalam hal ini, Departemen Kesehatan harus mampu sebagai penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat, baik fisik, sosial, maupun mental/ jiwanya (Depkes, 2006).
Menurut Mustari Gani (2007), berbagai masalah kesehatan yang timbul dewasa ini, sebenarnya tidak perlu terjadi apabila masyarakat berperan secara aktif sesuai dengan perannya masing-masing, mulai dari kesadaran memelihara kesehatan pribadi, keluarga, lingkungan, perencanaan program kesehatan hingga pengawasan atas kebijakan atau pelaksanaan program-program kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak lain yang ditunjuk oleh pemerintah.
Tak dapat disangkal, bahwa pemerintah telah berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia sebagai asset dalam pembangunan nasional, mulai dari penyusunan program sampai pada penyediaan anggaran. Namun, lagi-lagi sebaik apapun program dan sebesar apapun anggaran bila tidak diikuti dengan sikap proaktif dan kesadaran masyarakat maka program tersebut hanya akan menjadi sebuah fatamorgana.
Secara bertahap para anggota WHO menyadari bahwa pengadaan rumah sakit mewah dan peralatannya yang serba canggih serta penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan kesehatan yang mahal bukanlah cara yang paling baik untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Kini telah banyak negara yang melakukan upaya secara besar-besaran guna mencapai pembangunan kesehatan yang rasional dan seimbang. Akibatnya negara-negara tersebut memberikan perhatian kepada bidang kesehatan masyarakat sama seperti perhatian yang diberikannya kepada individu.
Tahun 1960 gagasan tentang pemberian pelayanan kesehatan dasar ini muncul. Dan pada mulanya hal itu cukup menjanjikan keberhasilan, namun karena beberapa proyek percontohan itu tidak disesuaikan dengan kondisi setempat, juga tidak mengikutkan peran serta masyarakat, tidak melibatkan dukungan masyarakat dan sumber daya lokal, akhirnya proyek-proyek yang terdahulu itu berakhir dengan kegagalan dan kekecewaan.
Dunia Internasional mengetahui bahwa kesehatan masyarakat China telah meningkat pesat sebagai akibat dari pendekatan yang kini disebut sebagai “Pelayanan Kesehatan Utama”. Salah satu unsur dari pendekatan tersebut adalah pemakaian kader kesehatan masyarakat guna memberikan pelayanan kesehatan di tempat-tempat dimana penduduk bertempat tinggal dan bekerja, membantu masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhannya di bidang kesehatan, membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan mereka sendiri di bidang kesehatan (WHO, 1995).
Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikut sertakan masyarakat dalam upaya pembangunan, khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan yang edukatif yaitu, berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.
Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembangunan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan (httplibrary.usu.ac.iddownloadfkmfkm-zulkifli 1.pdf).
Angka kejadian diare disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. Laporan 119 Dinkes Kab/ Kota tahun 2004 air bersih yang memenuhi syarat kesehatan 57,00 persen dan persentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan 67,12 persen. Menurut Wayan, pihaknya memfokuskan strategi penanganan penatalaksanaan diare pada tingkat runah tangga, sarana kesehatan dan KLB diare (httpwww.depkes.go.idindex.phpoption =news&task=viewarticle&sid=2475&Itimed=2).
Penyakit diare di Kalimantan Selatan masuk dalam golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya relative cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor lingkungan, yaitu penggunaan air untuk keperluan sehari-hari yang tidak memenuhi syarat, sarana jamban keluarga yang kurang memenuhi syarat, serta kondisi sanitasi perumahan yang tidak higienis.
Penyakit diare juga merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita. Angka kejadian penyakit diare sejak tahun 1997 cenderung mengalami penurunan, dari 17 per 1.000 penduduk menurun menjadi 6.9 per 1.000 penduduk tahun 2005 pada tahun 2006 meningkat menjadi 19.5 per 1.000 penduduk (Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2006).
Penyakit diare merupakan penyakit terbanyak di Kabupaten jumlah kasus 9089, Kecamatan di Puskesmas merupakan kecamatan dan Puskesmas tertinggi jumlah kasus diare mencapai 1036 kasus. Angka kejadian diare selama tahun 2007 di wilayah kerja Puskesmas sebanyak 90 kasus dengan incidence rate 16,4% dan kasus diare tertinggi ditemukan di Desa Benua Hanyar sebanyak 16 kasus diare berdasarkan laporan tahunan Puskesmas tahun 2007.
Untuk mendukung ke empat upaya atau strategi utama Depkes yaitu : Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, meningkatkan pembiayaan kesehatan. Tidaklah cukup dengan hanya bergantung pada tenaga kesehatan. Usaha peningkatan kesehatan masyarakat juga memerlukan bantuan kader kesehatan yang kompeten yang ada di masyarakat. Memahami pentingnya kesehatan, dibutuhkan kerjasama lintas sektor agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, berkualitas tinggi, dan siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang sudah lebih maju (Depkes, 2006).
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas tahun 2007 terdapat 18 Posyandu dengan tingkat perkembangan Posyandu, yaitu Posyandu Pratama sebanyak 3 buah (16,7%), Posyandu Madya 4 buah (22,2%), Purnama 10 (55,5%), dan Mandiri sebanyak 1 buah (5,5%). Jumlah kader sebanyak 78 orang dan keseluruhannya berjenis kelamin wanita. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kader dalam melaksanakan kegiatan Posyandu masih sangat rendah karena kemandirian kader kesehatan dalam program penanggulangan diare masih kurang. Frekuensi penyuluhan masih kurang bahkan hingga saat ini di wilayah kerja Puskesmas belum optimal kerja kader yang mampu memberikan penyuluhan dalam penanggulangan diare.

B. Rumusan Masalah
Rendahnya peranan kader kesehatan dalam penanggulangan diare dapat dilihat dari masih tingginya angka incidence rate kasus diare di wilayah kerja Puskesmas yaitu sebesar 16,4% pada tahun 2007. Melihat pentingnya peran kader kesehatan dalam menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, maka peneliti membuat rumusan sebagai berikut :
a. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peran kader kesehatan dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun ?
b. Bagaimanakah peran kader kesehatan dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun ?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kader Posyandu dalam perannya untuk menanggulangi penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun .
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .
2. Untuk mendiskripsikan sikap kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .
3. Untuk mendiskripsikan tingkat motivasi kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .
4. Untuk mendiskripsikan tingkat motivasi kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .
5. Untuk mendiskripsikan peran kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .
6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan peran kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .
7. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan peran kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .
8. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan peran kader dalam penanggulangan diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan keilmuan dan menerapkan teori-teori yang diperoleh waktu kuliah terhadap masalah-masalah kesehatan masyarakat
2. Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peran kader kesehatan dalam menanggulangi penyakit diare.

E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan bagian dari ilmu Pendidikan dan Perilaku Kesehatan/ Pemberdayaan Kesehatan.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Kabupaten .
3. Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dalam waktu 4 bulan dimulai pada minggu kedua bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Oktober tahun .
4. Ruang Lingkup Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan peran kader kesehatan dalam menanggulangi penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas tahun .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant di Desa

anda sekarang dengan membuka skripsi kti dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant di Desa, yang merupakan contoh judul kti d3 kebidanan. karya tulis kebidanan 2010 2011 2012 untuk kti d iii kebidanan dalam bentuk kti d3 kebidanan doc. kti d3 kebidanan 2010 2011 2012 merupakan kti d3 kebidanan document yang bisa download kti d3 kebidanan dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant di Desa.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant di Desa
COPY LINK DIBAWAH INI MUNGKIN SUATU WAKTU ANDA MEMERLUKAN KEMBALI ATAU ANDA PERLUKAN SEBAGAI DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dan negara-negara lain relatif tinggi, hingga mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2002/2003). Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam pembangunan, bidang kesehatan di Indonesia. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan dapat terwujud dalam bentuk safe motherhood atau disebut juga penyelamat ibu dan bayi (Sarwono, 2002).
Masalah kematian ibu adalah masalah yang sangat kompleks seperti status wanita dan pendidikan. Masalah tersebut juga diperbaiki sejak awal. Tetapi kurang realistis apabila mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang singkat, (Sarwono 2002). Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat perkawinan pertama. Secara nasional, meskipun usia kawin pertama umum 25-49 tahun, telah ada peningkatan. Namun umur kawin yang pertama menunjukkan angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun, median umur kawin di pedesaan 18,3 tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (SDKI, 2002-2003).
Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mempunyai visi dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahtera-an, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut (Hanafi Hartanto, 2002).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek samping, potensial, konsekwensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan. Besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB.
Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di suatu negara. Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998).
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan hambatan budaya (Sumber Advokasi KB, 2005). Dari hasil SDKI (2002-2003) diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang banyak disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.
Bidan yang mempunyai peranan penting sebagai pendamping disepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode perinatal, bayi, remaja, dewasa, kehamilan, persalinan, nifas dan menopause. Haruslah faham serta mengerti terhadap berbagai perubahan yang dihadapi wanita demi menuju kehidupan yang sehat.
Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB, pertahun, angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 2555,5 juta (Sumarjati Arjoso, 2000). Terkait program KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI 2002, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97% (Susenas, 2005). Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI 2005) turun menjadi 2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukan angka penurunan dari 2,86% (Sarwono Prawirohardjo, 1990) menjadi 1,17% (Sarwono Prawirohardjo, 2002) (http: //situs kespro-info/kb/aju/ 2006/kb 01 html).
Berdasarkan hasil SDKI jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 mencapai 206,4 juta jiwa (102,8 juta perempuan dan 103,4 juta laki-laki). Sedangkan untuk jumlah PUS sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif 60% (SDKI 2002-2003). Berdasarkan fakta utama KB, proporsi wanita PUS yang tidak ber KB masih cukup besar (40%) dan alasan utama wanita pus tidak ber KB adalah tidak subur (17%), masalah kesehatan (12%) dan takut efek samping (10%) (Sumber Advokasi KB, 2005). Jumlah peserta KB berdasarkan SDKI 2002-2003 meliputi peserta KB Suntik 27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, MOW 3,7% MOP 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%, dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama terputus 1,5% dan cara lain 0,5%.
Jumlah WUS di Propinsi Lampung 1.868.903 orang. Hasil presurvey di BBKBN (2004) terdapat peserta KB implant sebanyak 9.730 orang (4,81%), sedangkan KB aktif yang menggunakan KB lainnya sebanyak 188.282 orang (95,09%).
Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada di Desa KecamatanKabupaten sebanyak 1.003 KK. Sedangkan untuk jumlah PUS, sebanyak 810 orang. Yang terbagi menjadi 5 dusun yaitu Dusun I sebanyak 180 PUS, 275 Wanita Usia Subur (WUS), Dusun II sebanyak 152 PUS, 203 WUS, Dusun III sebanyak 160 PUS, 223 WUS, Dusun IV sebanyak 169 PUS, 269 WUS, Dusun V sebanyak 149 PUS, 194 WUS, jumlah akseptor KB di wilayah ini tahun adalah akseptor KB PIL 156 orang (13,4%) Suntik 345 (29,6%) Implant 4 orang (0,3%), MOW 1 orang (0,08%) dan MOP 4 orang (0,3%).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di desa Kecamatan Kabupaten  tahun

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Setelah mengidentifikasikan masalah, perumusan masalah, penelitian yang diambil adalah “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun ?”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Pasangan Usia Subur (PUS)
3. Objek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian KB implant
4. Lokasi Penelitian : Desa Kecamatan Kabupaten
5. Waktu Penelitian : Februari - Mei
6. Alasan Penelitian : Berdasarkan data hasil presurvey, ibu yang menggunakan kontrasepsi implant hanya 4 orang (0,3%), sehingga penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sedikitnya minat ibu terhadap kontrasepsi implant.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Kecamatan  Kabupaten  tahun
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa  Kecamatan  Kabupaten tahun
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa Kecamatan  Kabupaten  tahun
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pendapatan keluarga terhadap kontrasepsi implant di Desa kecamatan  Kabupaten  Tahun
 Untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap kontrasepsi implant di desa Kecamatan  Kabupaten tahun

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan kemampuan diri dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan.
2. Bagi instansi pendidikan
Dapat menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan.
3. Bagi instansi kesehatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi instansi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, khususnya di Desa Kecamatan Kabupaten  tahun
4. Bagi PUS
Dapat menjadi saran dan masukan bagi PUS dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai kontrasepsi implant.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul